Saturday, March 27, 2010

Supriyadi, Satpam Rumah Sakit yang Nyambi Jadi Perawat MrX

Biasa Merawat Mr X karena Panggilan Nurani

Nasib korban yang tak beridentitas (MrX), kerap mendapat perlakuan miring dari petugas rumah sakit. Mereka takut biaya yang telah dikeluarkan, tidak ada yang menanggungnya. Namun, di RSUD RA Basuni, Gedeg, ada seorang satpam yang mau memerhatikan nasib mereka.

MALAM itu, kamar mayat RS RA Basuni, Kecamatan Gedeg, Kabupaten Mojokerto nampak sepi. Sesosok mayat berlumuran darah, terbaring dengan hanya tertutupi sebuah jaket warna cokelat. Bau anyir benar-benar memaksa seseorang yang memasuki ruangan itu untuk menutup hidung.

Di sudut kamar itu, seorang perempuan setengah tua, tidur dengan posisi miring. Di atas sebuah kasur warna putih itu, kaki kanan perempuan yang diperkirakan masih berusia 40-an masih terbungkus perban. ''Dia korban tabrak lari. Dan tidak ada keluarganya,'' tutur Supriyadi, 48.

Ia menjelaskan, sejak dua bulan lalu, perempuan yang diduga gila dan tak bisa bicara itu mengalami patah tulang karena ditabrak oleh sebuah kendaraan di Jalan Raya Kemlagi, kabupaten Mojokerto. Warga yang menemukannya, merujuknya ke RS Basuni untuk dilakukan pengobatan.

Karena tak mempunyai keluarga, perempuan ini pun harus menerima apa adanya. Rumah sakit memberikan sebuah kamar gratis. Yakni kamar mayat yang dilengkapi dengan kasur yang sudah usang.

Dalam kesehariannya, hanya Supriyadi yang merawatnya. Mulai dari memberinya makan, memandikannya, hingga mengantarnya ke kamar kecil ketika hendak buang air. Bapak satu anak ini memang mempunyai kekhususan diantara tiga satpam yang lain. ''Saya terpaksa melakukan ini karena panggilan nurani saja. Kalau bukan saya, terus siapa lagi?'' tukasnya.

Pria yang kini tinggal di Desa/Kecamatan Gedeg Mojokerto ini mengatakan, diantara teman-temannya, hanya ia yang mau melakukan aksi sosial ini. ''Teman-teman kayaknya jijik ngeramut orang-orang seperti itu,'' cetusnya.

Sejak enam tahun bekerja di rumah sakit pemerintah ini, Supriyadi memang mempunyai banyak cerita menarik. Sekitar tiga tahun yang lalu, sesosok mayat yang ditemukan membusuk di kawasan Dawarblandong juga menjadi ''pasiennya''. Ia yang harus menurunkannya dari mobil ambulance, memandikannya, hingga mengkafani. Karena bau yang sangat menyengat, tak ada satu pun temannya yang mau membantunya.

Karena keihlasannya melakukan pekerjaan ''sampingan'' itu, Supriyadi pun bisa mendapat uang tambahan belanja untuk istrinya tercinta. Banyak keluarga korban yang meminta bantuannya untuk memandikan hingga mengkafani mayat. ''Sering kali ada keluarga yang tidak tega melihat anggota keluarganya yang jadi korban kecelakaan. Dan menyuruh saya,'' terangnya.

Jika di kamar mayat sedang sepi, pria ini harus menjadi juru parkir di depan rumah sakit. Apapun pekerjaannya, bagi Supriyadi, yang penting dapur istrinya tetap mengepul. Ia tak bisa mengandalkan gaji sebagai satpam saja.

Alasannya, status honorer yang disandangnya itu tak mampu mencukupi kebutuhan rumah tangganya. Saat ini, ia hanya bisa berdoa dan berharap kepada pemerintah untuk segera mengangkatnya menjadi seorang pegawai negeri.

http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=149852

1 comment: