Showing posts with label Sleman. Show all posts
Showing posts with label Sleman. Show all posts

Sunday, November 7, 2010

Pete Ditangkap Saat Mencuri 21 Kambing & 5 Sapi Pengungsi Merapi

Kondisi Merapi yang tidak menentu membuat hampir seluruh warga yang tinggal di lereng Merapi mengungsi. Dalam keadaan seperti ini masih saja ada pihak-pihak yang coba memanfaatkan keadaan.

Terbukti dengan tertangkapnya seorang warga Karangnongko, Sleman, yang hendak mencuri ternak milik pengungsi.

"Benar tadi kita mengamankan satu orang tersangka dengan inisial SGY alias Pete, dia merupakan warga Karangnongko," ujar Kepala Bidang Humas Polda DI Yogyakarata AKBP Anny Pujiastuti saat dihubungi wartawan, Minggu (7/11/2010).

Anny mengatakan pria tersebut beraksi bersama dua orang temannya. Namun saat petugas memergoki ketiganya, dua orang berhasil kabur.

"Saat didatangi kemudian ditanyai yang duanya lari, yang tertangkap sudah kita amakan," katanya.

Penangkapan itu berawal dari kecurigaan Satuan Tugas Merapi Polda DIY yang sedang melakukan patroli. Ketiga pelaku terlihat sedang melakukan aktivitas pemindahan ternak milik warga.

"Kejadiannya hari ini sekitar pukul 11.15 WIB, jadi saat petugas berpatroli merasa curiga dengan aksi mereka. Ketiga akan mencuri 21 kambing dan 5 ekor sapi milik penduduk Sleman. Tapi tepatnya desa mana kita belum tahu, karena laporan yang masuk belum lengkap," jelas Anny.

Sebelumnya aksi pencurian juga sempat tejadi beberapa waktu yang lalu. Warga Kepuharjo berhasil menangkap dua orang yang hendak mencuri di rumah warga yang sedang mengungsi. Dua orang tersangka ini pun babak belur dihajar massa. Akibatnya dua tersangka tersebut mengalami luka yang cukup parah dan saat ini diamankan polisi.

http://www.detiknews.com/read/2010/11/07/193124/1488759/10/pete-ditangkap-saat-mencuri-21-kambing-5-sapi-pengungsi-merapi

Friday, March 12, 2010

2 Hari Kecebur Sumur, Romo di Papringan Tewas

Sunar Suryo Pranata (42), seorang Romo dari Biara Santo Bona Fentura Papringan, Jalan Legi no 142, Caturtunggal, Depok, Sleman ditemukan tewas mengambang di dalam sumur sedalam sekitar 20 meter, Kamis (11/3). Diperkirakan, korban tercebur sumur maut tersebut sudah sejak 2 hari yang lalu.

Dikatakan salah seorang anggota biara, Bruder Rahmat Simamora, korban sejak hari Rabu (10/3) tidak ditemui di dalam biara. Saat itu, para penghuni lainnya tidak sedikit menaruh curiga akan keberadaan korban.“Rabu siang kami sudah tidak melihat Romo Suryo. Setahu kami beliau sedang istirahat atau sedang ada keperluan yang lainnya,” kata Rahmat kepada KRjogja.com.

Pada hari Minggu (7/3), katanya, mamang Romo Suryo sempat berencana akan membetulkan beberapa pipa sumur yang ada di sekitar biara. Bersama Frater Simon, korban membetulkan pipa-pipa yang ada pada 3 sumur di halaman biara.“Minggu pagi, Romo Suryo membetulkan pipa sumur bersama Frater Simon. Selesai baru Minggu sore harinya,” terangnya.

Pada hari Senin (8/9) dan Selasa (9/3), Rahmat masih melihat korban melakukan kegiatan peribadatan di dalam biara. Kecurigaan para penghuni biara mulai timbul pada Rabu (10/3) kemarin, saat ada undangan untuk mengisi ibadah Misa yang ditujukan bagi Romo Suryo. “Mungkin pada hari Rabu, Romo Suryo kembali membetulkan pipa dalam sumur.Kami sudah mencari-cari Romo Suryo, tapi tetap tidak menjumpainya,” tambahnya.

Rahmat dan penghuni lainnya baru menemukan korban pada Kamis (11/3) sore tadi sekitar pukul 17.30 WIB. Saat itu, ada salah seorang penghuni yang melihat tali tambang yang menjulur ke dalam sumur serta sandal japit milik korban yang terdapat di bibir salah satu sumur yang terdapat di sisi barat biara.

“Kami langsung memeriksa dalam sumur menggunakan lampu. Karena sumur terlalu dalam, kami kurang bisa melihat pasti. Tapi dengan melihat adanya tali dan sandal, kami sudah memperkirakan, Romo Suryo ada di dalam sumur. Langsung saat itu kami menghubungi tim SAR,” kata Rahmat.

Tim SAR dan Polisi baru datang ke lokasi kejadian sekitar pukul 19.00 WIB. Karena dalam dan sempitnya diameter sumur yang hanya sekitar 80 cm saja, membuat evakuasi kepada korban mengalami kesulitan. Tim SAR akhirnya baru bisa mengangkat korban ke atas sekitar pukul 21.00 WIB.

Saat ditemukan, tubuh korban mengambang dalam keadaan tertelungkup dan seluruh bagian badan telah pucat. Korban langsung dilarikan ke RS Panti Rapih untuk dilakukan pemeriksaan dan pemandian.

Dikatakan Rahmat, diperkirakan korban terjatuh karena tangannya terlepas dari tali yang dipeganginya. Hingga berita ini diturunkan, jasad almarhum masih berada di RS Panti Rapih. Rencananya, jasad Romo Suryo akan dibawa ke biara Papringan untuk kemudian dibawa ke tempat asalnya di Sleman
http://www.krjogja.com/news/detail/23824/2.Hari.Kecebur.Sumur..Romo.di.Papringan.Tewas.html

Tengkorak ditemukan di parkiran STMIK Amikom

Penduduk Condongcatur, Depok, Sleman Selasa (9/3 ) siang, dibikin geger dengan penemuan sebuah tengkorak manusia di halaman parkir kampus STMIK Amikom Jogja. Menurut informasi yang digali Harian Jogja di lokasi penemuan, tengkorak tersebut ditemukan oleh Surojo (40) dan Muljoko (28), keduanya warga Kalidadap I Imogori, Bantul.

Kedua buruh bangunan itu menemukan tengkorak di kedalaman 30 cm, ketika akan menggali lubang untuk membangun fondasi, pada pukul 09.30 WIB. "Saya gali pakai linggis mas, lalu ketemu kantung plastik warna hitam, waktu saya lihat, isinya malah tengkorak" jelas Surojo. Mengetahui bahwa isi dalam kantung plastik berwarna hitam tersebut adalah tengkorak manusia, Surojo dan beberapa rekannya segera melaporkan ke pos satpam Amikom, dan diteruskan ke Polsek Depok Timur.

Kapolsek Depok Timur, AKP Bambang SW yang diwawancarai di lokasi penemuan mengatakan belum bisa dipastikan berapa kira-kira usia dan jenis kelamin tengkorak tersebut. Penentuan jenis kelamin dan usia tengkorak harus menunggu hasil pemeriksaan tim identifi kasi dari Polres Sleman untuk kemudian akan dicocokan dengan penduduk sekitar.

Penyelidikan juga akan mengarah kepada pemilik tanah sebelum dijadikan lahan parkir oleh kampus Amikom. Menurut informasi yang diperoleh, sebelum dijadikan lahan parkir, tanah tersebut merupakan lahan perkebunan dan sering tak terurus.Hal ini diamini oleh Junaidi, salah satu satpam kampus Amikom. Ia mengatakan dulunya lahan tersebut memang kosong dan tak terurus. Penemuan ini menurutnya, baru pertama kali terjadi.

Pantauan Harian Jogja, tengkorak yang kemudian disimpan di dalam kardus minuman mineral tersebut masih nampak utuh, berwarna kecoklatan. Terdapat lubang yang menganga di sisi sebelah kiri tengkorak tersebut. Beberapa saat kemudian tengkorak tersebut dibawa oleh tim identifi kasi Polres Sleman ke RS Sardjito untuk diteliti lebih lanjut.

http://harianjogja.com/web2/beritas/detailberita/12890/tengkorak-ditemukan-di-parkiran-stmik-amikomview.html

Wednesday, March 3, 2010

17 Truk yang terjebak di Kali Gendol berhasil diselamatkan

Sleman, (Fajar Jogja) Sebanyak 17 truk yang terjebak di Kali Gendol sejak Sabtu (27/2) petang akhirnya bisa diselamatkan, Minggu (28/2) siang. Truk tersebut terjebak di Kali Gendol setelah tebing kali longsor sehingga menutup akses jalan keluar. Waji, warga Kopeng yang juga terjebak dalam peristiwa tersebut mengatakan, Minggu (28/2) sekitar pukul 11.00 WIB.

Truk-truk tersebut bisa keluar dari Kali Gendol setelah alat berat menyingkirkan reruntuhan tebing. Sementara menurut Amin, salah seorang penambang pasir yang truknya terjebak, pada Sabtu (27/2) sekitar pukul 16.00 WIB, terjadi longsoran. Ketika itu dirinya sedang asyik menambang pasir. Namun tiba-tiba ia mendengar suara gemuruh diatas tebing tak jauh dari lokasi penambangan, dan tak berapa lama kemudian longsoran pasir pun terjadi.

“Ketika itu saya dan teman-teman di sini kaget, kami langsung melarikan diri, sehingga tidak ada truk atau pun orang yang tertimbun. Hanya saja truk-truk ini tidak bisa bergerak, karena rutenya tertimbun pasir yang cukup banyak,” ujar Amin yang berasal Kalten ini kepada Harian Jogja, Minggu (28/2) di lokasi penambangan. Amin mengakui bahwa dirinya dan teman-temannya yang terjebak truk tidak bisa bergerak, sebab butuh tenaga untuk mengangkut pasir dan membuat jalan keluar. Sehingga sampai Minggu pagi, dirinya baru bisa keluar dari lokasi penambangan. Bahkan, untuk makan, katanya dia memanfaatkan sejumlah pedagang yang menjual makanan tak jauh dari lokasi dia terjebak longsoran pasir.

Begitu pula dikatakan Sodik salah satu penambang pasir yang terjebak longsoran pasir. Pria asal Klaten ini kaget saat longsoran terjadi sehingga truk yang telah dipenuhi dengan pasir tak bisa bergerak kemana-mana. Pagi harinya, para penambang pasir, segera mengerahkan buldoser untuk mengeruk longsoran pasir dan membuat jalan setapak untuk keluar.

“Untuk sewa buldoser memang cukup mahal karena harus mengeluarkan Rp300.000 per jamnya,” ungkap dia. Dikonfirmasi, Kepala Desa Kepuharjo Heri Suparpto mengatakan pihaknya mengimbau para penambang pasir untuk waspada dan hati-hati pada saat menambang pasir. Menurut dia, setiap musim hujan kondisi Kali Gendol terancam rawan longsor. Untuk membantu truk-truk tersebut keluar, pihaknya telah mengerahkan bolduser untuk mengatasinya. “Untuk biaya sewa alat besar ini kami menggunakan talangan dana dari Desa Glagaharjo dan Kepuharjo sebagai pembiayaan dahulu, dan setelah itu mereka bisa menggantinya,” jelas dia. http://harianjogja.com/web2/beritas/detailberita/12607/17-truk-berhasil-diselamatkanview.html

Sat Pol PP Sleman Razia Tempat Pijit dan Salon

Sleman (Fajar Jogja) Jajaran Sat Pol PP Sleman untuk melakukan razia di sejumlah salon dan tempat pijat di seputar kawasan Jalan Solo, Ringroud Utara dan Jalan Magelang, Selasa (2/3). Dalam Razia ini, petugas tidak mengamankan seorang pun, petugas hanya memeriksa surat ijin usaha saja.

Kasi Penegakan Perundangan Sat Pol PP Sleman, Sunarto menjelaskan, sasaran utama razia yang terus digalakkan ini, dalam rangka penegakan Perda No 12/2001 tentang izin gangguan serta Perda No 22/1996 tengang izin usaha kepariwisataan. Pada tahun 2010 ini, pihaknya sudah 3 kali melakukan razia serupa di kawasan Sleman.

"Kami hanya ingin melihat bagaimana perizinan berdirinya salon-salon dan panti pijat di wilayah Sleman, apakah sudah sesuai peraturan atau tidak. Termasuk juga ada tidaknya penyalahgunaan tempat salon," tandasnya disela-sela razia, Selasa (2/3) siang.

Selain itu, pihaknya juga sangat khawatir menjamurnya salon dan panti pijat di wilayah Sleman ini beralih fungsi sebagai tempat mesum. Untuk itu, pihaknya berjanji akan terus mengawal perda tersebut. "Kami tidak ingin mereka melanggar izin usaha serta kemanfaatannya. Jika terbukti digunakan sebagai tempat mesum, maka saat ini juga kami akan tutup paksa," tegasnya.

Dari 6 titik tempat salon dan panti pijat yang di razia, semuanya tidak memiliki kelengkapan izin usaha, diantaranya salon Fresh di Jalan Solo Kalasan, panti pijat Kondang Waras Jalan Solo Kalasan, Marina Salon Ringroud Utara, dan Griya Sehat di Jalan Magelang.

"Rata-rata mereka kurang melengkapi perizinan seperti yang telah diatur dalam perda diatas, yakni izin HO dan SIUP. Jika dalam waktu 2 bulan pemilik tidak segera melengkapinya, maka akan kami limpahkan ke pengadilan dan terancam kurungan 3 bulan serta denda maksimal Rp 5 juta," tambah Sunarto.

Dalam razia kali ini, petugas Sat Pol PP Sleman tidak berhasil untuk mengungkap penyalahgunaan salon dan panti pijat tersebut sebagai tempat plus-plus. Kendati demikian, Sunarto berjanji, jajarannya akan tetap terus melakukan operasi serupa guna meningkatkan ketertiban di wilayah Sleman.

Namun demikian, pemilik salon-salon yang hari ini sempat dirazia menyatakan, apa yang dilakukan Sat Pol PP Sleman merupakan tindakan tebang pilih. Petugas hanya melakukan operasi pada tempat-tempat tertentu saja, sedangkan tempat yang lainnya diabaikan.

"Harusnya Sat Pol PP lebih jeli untuk melihat salon-salon mana yang mesum. Saya yakin betul, di Sleman ini banyak yang begituan. Asal petugas jangan tebang pilih untuk menindaknya," kata Ali, pemilik salon di Jalan Solo kepada KRjogja.com.