Showing posts with label Gunungkidul. Show all posts
Showing posts with label Gunungkidul. Show all posts

Monday, August 8, 2011

Gawat! Kera di Gunungkidul Intip Orang Mandi

Serangan kera ekor panjang yang berada di daerah Duwet, Purwodadi, Tepus, kian mengganas. Kawanan kera itu mulai memasuki rumah warga.

Bahkan warga makin resah karena kawanan kera itu kerap nongkrong di seputar telaga ketika warga dan terutama ibu-ibu mandi. Keterangan ini disampaikan Kepala Dusun Duwet, Tugimin. Kawanan kera juga berani bersembunyi di antara genting rumah-rumah penduduk.
"Kami terganggu dengan keberadaan kera tersebut, yang bersembunyi di genting-genting rumah warga, selain untuk mengambil hasil panen, kera tersebut juga tidur di rumah warga," katanya kepada Tribun Jogja, Rabu (3/8).
Ia juga mendapatkan laporan dari warga Duwet I dan II, bahwa kera tersebut, selain mengambil telur ayam, menyakiti kambing ternak warga.
Meski tak memberikan penjelasan lebih jauh, Tugimin membenarkan bahwa dengan perlakuan kera berjenis kelamin jantan tersebut, warga terutama wanita sangat ketakutan.
Salah seorang warga setempat, Sawikem (65), mengatakan kera ekor panjang tersebut memang tidak mengenal takut dengan wanita. Ia pernah mengusir kera yang masuk ke dalam rumahnya dengan sabit. Namun kera itu tak memperlihatkan rasa takut.
"Tapi kalau diusir kaum pria baru dia takut," lanjutnya. Ia pun mengaku sangat takut dengan perilaku aneh yang dilakukan kawanan kera tersebut

http://jogja.tribunnews.com/2011/08/03/gawat-kera-di-gunungkidul-intip-orang-mandi

Monday, November 8, 2010

Gempa Wonosari Tak Berdampak Langsung, Erupsi Merapi Masih Wajar

Gempa 3,8 skala richter (SR) yang berpusat di 12 Km barat daya Wonosari, Yogyakarta membuat warga terbangun. Gempa itu dirasakan di Berbah, Sleman sampai Bantul, DIY.

"Terjadi gempa dirasakan dari Berbah, 30 km dari puncak Merapi, hal ini membuat warga terbangun dan memukul tiang listrik untuk meperigatkan warga agar waspada," ujar pembaca detikcom, Yuli Setiadi pada fasilitas info anda, Minggu (7/11/2010).

Feby, yang tinggal di Seturan, Sleman Yogyakarta juga merasakan gempa. detikcom yang sedang berada di Jalan Wonosari, Bantul tadi sempat merasakan gempa sekitar 2 detik.

Sebelumnya diberitakan gempa 3,8 SR menggoncang Wonosari, Yogyakarta. Gempa yang berpusat di darat ini, berada di 12 Km barat daya Wonosari, Yogyakarta.

Dari twitter Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), @infoBMKG ini gempa itu terjadi pada Minggu (7/11/2010) pukul 23.08 WIB, tepatnya di 8'03 Lintang Selatan (LS) dan 110'51 Bujur Timur (BT).

Gempa berkedalaman 10 Km ini dirasakan di Bantul, dengan skala getaran III MMI.
Gempa 3,8 skala richter (SR) yang menggoncang Wonosari, Yogyakarta tidak berdampak langsung terhadap aktivitas Gunung Merapi. Sedangkan erupsi yang terjadi hingga kini masih dinilai normal dan wajar.

"Biasanya gempa tektonik mempercepat erupsi, tapi tidak langsung," kata Kepala Badan Penyelidikan dan Penelitian Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta Subandrio kepada detikcom, Senin (8/11/2010).

Gempa terjadi pada Minggu (7/11/2010) pukul 23.08 WIB, tepatnya di 8'03 Lintang Selatan (LS) dan 110'51 Bujur Timur (BT). Meski kecil, namun cukup terasa oleh warga Yogyakarta. "Tapi kita lihat saja dampaknya nanti," tambahnya.

Terkait lava pijar yang terus keluar dari puncak Merapi, Subandrio menilai hal tersebut masih wajar. Selain itu juga suara gemuruh yang terus menerus keluar dari Merapi dinilai dalam batas normal.

"Lava pijar, itu terus menerus terjadi. Sudah beberapa hari terakhir. Masih wajar. Gemuruh juga," tegasnya.

Adapun menurut salah seorang warga, Arief mengaku merasakan gemuruh suara yang sangat hebat dan lava pijar terlihat dari km 40 dari puncak Merapi. Hal senada juga dibenarkan oleh pembaca detikcom, Triyono, warga Karang Anom, Mudal.

"Gelegar suara yang sangat kuat sejak sore kurang lebih pukul 17.00 WIB sampai saat ini," kata Arief lewat fasilitas info anda detikcom pada Minggu (7/11/2010) pukul 23.45 WIB.

Bahkan menurut Hiday, gemuruh Merapi membuat pengungsi menjerit dan trauma. "Merapi kembali bergemuruh keras pengungsi di Pemda Klaten tetap terjaga, mereka hening mendengarkan gemuruh Merapi. Sebagian dari mereka menjerit karena takut dan trauma," jelas Hiday melalui fasilitas info anda pada Senin (8/11/2010) pukul 00.04 WIB. http://www.detiknews.com/read/2010/11/08/002017/1488819/10/gempa-wonosari-tak-berdampak-langsung-erupsi-merapi-masih-wajar?nd991103605

Thursday, May 6, 2010

Istri ngidam BlackBerry, suami gantung diri

GUNUNGKIDUL: lantaran istri ngambek minta dibelikan ponsel BlackBerry, Haryanto (29) warga Dusun Karangduwet I Desa Karangrejek Kecamatan Wonosari nekat mengakhiri hidupnya dengan cara gantung diri, Selasa (4/5).

Korban ditemukan saudaranya bernama Sri Haryanti sekitar pukul 18.30 WIB sudah dalam kondisi tewas dan posisi tergantung kayu penyangga rumah dengan leher terikat tali plastik. Sebelumnya, menurut Sri, Haryanto mengaku kebingungan memenuhi permintaan istri membelikan ponsel Blackberry.

Kapolsek Wonosari AKP Basuki Rabu (5/5) memastikan tidak ada kejanggalan maupun tanda mencurigakan di tubuh korban. Jenazah korban langsung di serahkan pihak keluarga duka. Hasil penyelidikan sementara petugas ditemukan beberapa kiriman SMS di ponsel korban dari istrinya yang tengah ngembek meminta BlackBerry. Kuat dugaan korban nekat gantung diri dipicu akibat putus asa karena tidak sanggup membelikan ponsel permintaan untuk istri.

artikel terkait:

Saturday, April 17, 2010

Eksploitasi karst Gunungkidul jalan terus

Eksploitasi kawasan karst di Kabupaten Gunungkidul ternyata masih terus terjadi. Pemkab Gunungkidul belum memiliki rencana untuk menghentikan aktivitas produksi penambangan. Padahal berdasar Peraturan Pemerintah (PP) No. 26/2008 sudah kuat sebagai payung hukum dalam upaya menjaga kawasan karst sebagaimana diamanatkan dalam UU No. 24/2007 tentang Tata Ruang Daerah.

Satuan Polisi Pamong Praja Pemkab Gunungkidul sampai saat ini masih menunggu perintah dan instruksi bupati untuk melakukan penertiban sejumlah perusahaan besar yang terus beroperasi melakukan penambangan di kawasan karst, meski sudah tidak mengantongi izin setelah ditangguhkan oleh pemkab beberapa tahun lalu.

”Sampai saat ini belum ada perintah maupun instruksi apapun untuk melangkah penertiban aktivitas penambangan,” kata Yuniawan, Kepala Seksi Penegakan Perda Satpol PP Pemkab Gunungkidul kepada Harian Jogja di ruang kerjanya, Kamis (8/4). Ia memastikan Satpol PP baru bisa melakukan penertiban dan penghentian penambangan setelah ada perintah dari Bupati Gunungkidul.

Terlebih, soal rencana tata ruang wilayah menyangkut penataan kawasan karst tersebut belum berwujud peraturan daerah (perda) sehingga peran Satpol PP sebagai penegak perda terkait menertiban penambangan belum bisa berjalan. Sementara itu draf Raperda Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Gunungkidul sampai pada tahap menunggu rekomendasi Gubernur DIY, setelah melalui tahapan ketat pembahasan BKPRD Provinsi DIY, konsultasi publik dan kabupaten tetangga dengan melibatkan sejumlah LSM.

Mohamad Fajar Nugraha, staf Bappeda Gunungkidul memastikan proses raperda RTRW untuk menjadi perda masih cukup panjang. Selain perlu menunggu rekomendasi Gubernur DIY, tahapan pembahasan dengan DPRD Gunungkidul masih perlu dilalui termasuk melakukan konsultasi dengan Departemen Dalam Negeri (Depdagri) untuk bisa ditetapkan sebagai perda.

”Proses masih panjang. Namun saat ini sudah sampai ke Gubernur untuk dimintakan rekomendasi,” kata Fajar di ruang di sekretariat BKPRD. Fajar menambahkan dari sisi perekonomian ribuan masyarakat Gunungkidul selama ini menggantungkan hidup dari aktivitas penambangan menjadi salah satu pertimbangan pembahasan.

Pantauan Harian Jogja di sejumlah kawasan karst yang menjadi kawasan lindung di wilayah Desa Bedoyo Kecamatan Ponjong masih dijumpai penambangan di bukit-bukit karst. ”Serba susah. Kami butuh makan dengan menjual hasil tambang, tapi akan dihadapkan dengan pemerintah. Sementara perusahan selama ini selaku pembeli akan lolos. Kami siap jadi bember,” kata Ngadikun, penambang.
http://www.harianjogja.com/web2/beritas/detailberita/13693/eksploitasi-karst-jalan-terusview.html

Wednesday, April 7, 2010

Pasar Modern Diminta Tak Buka 24 Jam

GUNUNGKIDUL - Pertumbuhan pasar modern di Gunungkidul, mulai membuat para pedagang tradisional di sana gusar. Para pedagang tradisional meminta Pemkab untuk membatasi adanya pasar modern tersebut, setidaknya bisa mengatur jam bukanya. Seperti diketahui, saat ini bukan hanya ada hypermarket, dan supermarket yang berdiri megah di Gunungkidul, khusnya di Wonosari. Tapi sudah makin menjamur pula adanya Indomaret dan Alfamart. Parahnya lagi, jika selama ini supermarket dan hyopermarket buka sehari penuh, maka Alfamart dan Indomart malah buka selama 24 jam. Lokasi berdiri pasar modern pun berdekatan dengan pasar Argosari Wonosari.

Di sisi lain, sudah ada aturan pembatasan jam buka pasar modern dijelaskan dalam Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan, dan Pasar Modern. Dalam aturan itu, jam buka pasar modern yakni pukul 10.00-22.00 pada Senin hingga Jumat dan pukul 10.00-23.00 pada Sabtu dan Minggu.

Ketua Asosiasi Pedagang Pasar Argosari Sumedi menyatakan, pihaknya telah meminta Bupati Gunungkidul Suharto mengenai kondisi ini. "Kami sudah menyampaikan permintaan beberapa bulan lalu. Tapi sampai hari ini permintaan kami belum direspon positif," ujarnya kepada wartawan, kemarin. Sejak berdirinya pasar modern itu, ia mengaku omzet penjualan menurun drastis. "Sudah tujuh hari belakangan saya ngeblong. Kios saya tidak ada satupun pembeli," keluhnya.

Salah satu pemilik kios di Pasar Argosari, Mulato, mengisahkan keuntungan jualan aneka kebutuhan pokok yang dari hari ke hari kian menurun. Dibukanya pasar swalayan 24 jam ini meminggirkan omzet jualan para pedagang tradisional. Jika jumlah pengunjung pasar mencapai puncak keramaian, Mulato maksimal hanya membawa pulang keuntungan bersih senilai Rp 25.000 per hari. Namun, hari-hari ramai itu kian jarang.
http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=151590

Monday, March 29, 2010

Mari memanjat tebing di Siung


Pantai Siung, sebuah pantai dengan tebing karang di daerah Gunungkidul memiliki keindahan lama dengan panorama yang masih perawan. Perjalanan menuju ke sana ditempuh sekitar satu jam dari pusat Kota Wonosari, ibukota Kabupaten Gunungkidul. Pesona pantai ini pernah ditulis di rubrik wisata ini.

Dan kali ini Anda bisa mengetahui mengapa Pantai Siung menjadi ‘surga’ bagi pemanjat tebing. Banyak orang menyamakan Pantai Siung dengan Pantai Phuket di Thailand, karena keduanya merupakan pantai yang sangat mempesona. Hamparan pasir putih berbalut tebing karang, dan binatang laut yang ada di pinggiran pantai membuat kawasan ini semakin menakjubkan.

Dari sisi sebelah barat, kawasan pantai yang memiliki daya tarik pada gugusan karang-karang raksasa ini merupakan salah satu target incaran pencinta wisata minat khusus panjat tebing. Para climber yang datang dari sejumlah kota di Indonesia, mengakui pantai ini ‘surga’ bagi mereka. Hal tersebut agaknya tidak terlalu berlebihan. Pantai ini mememiliki gugusan karang besar yang sangat menarik untuk digunakan sebagai ajang pemacu adrenalin.

Untuk mempermudah penamaan gugusan karang atau tebing, jalur pemanjatan yang sudah disertifi kasi, biasanya disebut dengan ‘blok pemanjatan’. Istilah blok ini hanya untuk mempermudah mangklasifikasi jalur-jalur pemanjatan, sehingga tiap-tiap tebing panjat memiliki blok jalur pemanjatan. Pada setiap blok yang sudah dibuat atau dipasangi bolt hanger atau alat khusus yang berguna sebagai pengaman saat melakukan pemanjatan.

Sampai saat ini, blok yang tercatat dan terdokumentasi pada kawasan Pantai Siung ada sebelas buah, yang terdiri dari Blok A hingga Blok K. Masing-masing blok memiliki ketinggian beragam, mulai dari lima hingga 30 meter. Dua jalur Berdasar buku panduan pemanjatan di kawasan Siung, jalur rata-rata setiap blok memiliki lebih dari dua jalur pemanjatan. Masing-masing jalur memiliki tingkat kesulitan yang beragam pula dari grade 5/7 hingga 5/11.

Setiap pengunjung yang mencoba memanjat di Pantai Siung, sudah pasti akan pulang dengan membawa kepuasan luar biasa. Ada beberapa jalur yang sangat familiar di telinga para pemanjat yang datang ke pantai ini. Pada Blok A terdapat Jalur Pemanjatan Welcome, dengan panjang lintasan sekitar sepuluh meter dan memiliki lima bolt hanger yang sudah terpasang.

Jalur ini dinamai ‘welcome’ sesuai dengan lokasinya yang berada di pintu masuk kawasan tembung panjat Siung. Jalur pemanjatan yang memiliki tingkat kesulitan pada grade 5/10, konon dibuat dibuat seorang pemanjat asal Jepang. Apabila sampai pada puncak bukit, dari masing-masing jalur pemanjatan maka akan melihat pemandangan pasir putih dan birunya Laut Selatan, serta suara gemuruh deburan ombak yang menghantam karang.

Di area lapang sebelah barat blok A, terdapat saung yang biasa digunakan untuk berteduh dan beristirahat. Letaknya di tengah-tengah antara Blok D, Blok E, dan Blok F. Sajian pemandangan laut biru, dihiasi dengan gagahnya karang-karang besar dapat membius para pengunjung yang datang ke tempat ini. Sangat cocok untuk tempat bersantai sambil mendengar deburan ombak menghantam karang.

Merupakan tempat yang nyaman untuk berteduh dan melepas lelah. Dari sekian jalur yang ada, lokasi pemanjatan yang paling menantang ada di sebelah barat. Jalur Kuda Laut dengan panjang lintasan sekitar 30 meter. Jalur yang sudah terpasang sembilan bolt hanger ini memiliki tingkat kesulitan pada grade 5/11, dan salah satu jalur yang menantang untuk diselesaikan. http://www.harianjogja.com/web2/beritas/detailberita/13401/mari-memanjat-tebing-di-siungview.html

Friday, March 12, 2010

Pejabat Pemkab Gunungkidul Gantung Diri

Pejabat di Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informasi (Dishubkominfo) Kabupaten Gunungkidul, Herman Sutrisno (55), ditemukan tak bernyawa di rumahnya di Jeruksari, Wonosari, Selasa (9/10). Dia nekat mengakhiri hidupnya dengan cara gantung diri.

Korban yang menjabat sebagai kepala subbagian umum tersebut pada Selasa lalu diketahui tidak masuk kantor. Teman-temannya tidak tahu, karena dia tidak memberikan kabar. Namun mereka tiba-tiba dikagetkan dengan berita Herman ditemukan tewas gantung diri.”Pertama kali yang menemukan adalah istrinya. Seluruh pintu dan jendela terkunci dari dalam ketika istrinya pulang. Karena penasaran, dia minta tolong tetangga untuk mendobrak pintu agar bisa masuk.

Shock

Dia shock melihat suaminya tergeletak dengan tali di leher,” papar seorang saksi yang tak mau disebutkan namanya. Begitu mendengar teriakan dari dalam rumah, tetangga berdatangan dan mendapati korban sudah meninggal dengan seutas tali di leher. Sementara itu, di atasnya terdapat potongan tali yang masih menggantung. Kemungkinan dia menggantung, tapi kemudian tali tak kuat dan putus.

Kapolres Gunungkidul AKBP Irwan Ramaini membenarkan adanya kejadian tersebut. Dia menegaskan, korban benar-benar bunuh diri dan tidak ada tanda-tanda penganiayaan atau kekerasan. Dia belum mengetahui secara pasti penyebab aksi nekat itu, karena sejumlah saksi yang mau dimintai keterangan masih shock. ”Kejadian ini murni bunuh diri, dari hasil visum tidak ada tanda-tanda penganiayaan atau lainnya. Setelah petugas memeriksa, jenazah diserahkan kepada keluarga untuk dimakamkan,” ujar Kapolres.

http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2010/03/11/101747/Pejabat-Pemkab-Gunungkidul-Gantung-Diri

Blangkon Mataraman butuh regenerasi

Cukup sulit untuk mengetahui rumah Sosro Warsito, 60, apabila sepanjang Jalan Raya Semanu-Cewolo tidak memperhatikan deretan rumah dan hutan di sisi barat jalan. Papan nama bertuliskan Blangkon Mataraman ‘Pak Sosro’ berukuran 0,5 x 1,5 meter seakan gampang terlewati apabila tidak teliti memperhatikannya.

Setidaknya itu yang dialami Harian Jogja saat mencari lokasi tinggal Sosro Warsito. Nenurut Sosro, kesulitan tersebut tidak menghalangi dirinya dalam mendapatkan pelanggan. Sembari melihat data produksi blangkon yang terpajang di dinding rumah, dia menyebutkan angka produksi blangkonnya mulai naik pada 1999. Pada tahun itu, Sosro mampu memproduksi 350 blangkon dalam setahun.

“Sebelum 1999 produksi blangkon tidak pernah menyentuh angka 300-an. Setelah 1999 itu, 2009 menjadi tahun tertinggi angka produksi blangkon. Dengan tenaga empat orang bisa memproduksi 995 blangkon dalam setahun,” ungkap bapak tiga anak itu. Dari 995 blangkon Sosro mengakui yang paling banyak dipesan adalah blangkon gaya mataraman meski Blangkon Mataraman Pak Sosro juga mampu membuat blangkon bergaya Solo dan Jawa Timur-an.

Tidak ada rasa lelah yang terlihat dari raut muka Sosro meski sehari sebelumnya, bersama tiga orang tenaga yang membantunya, merampungkan tiga buah blangkon sebagai bagian dari 21 blangkon yang dipesan grup campursari dari Jakarta. Sosro tetap semangat saat ditanya membuat blangkon, dengan menunjukkan cara-cara membuat nya. Menurut warga Dusun Clorot RT05/RW47, Semanu, itu, niatnya dalam nguri-nguri budaya Jawa mampu menghilangkan rasa lelahnya.

“Kalaupun lelah, saya beristirahat sambil memainkan gender,” ungkapnya sembari menunjuk sebuah gender yang diletakkan Sosro di dekat meja tempat dirinya memajang blangkon sebelum diambil pemesan. Dengan dibantu Sugiyono, 35, yang tak lain adalah tetangganya, Sosro menunjukkan tahap-tahap pembuatan blangkon. Dari mulai dari cara mengukur besar blangkon yang mesti dibuatnya sampai tahap finishing.

Menurut pembuat blangkon satu-satunya di Gunungkidul itu, Sosro sekarang mengandalkan Sugiyono sebagai penerusnya setelah dua anaknya memilih untuk bekerja di Bandung, Jawa Barat. “Memang ada kesulitan regenerasi karena anak muda sekarang tidak berminat pada blangkon. Sekarang saya menaruh harapan pada dia [Sugiyono] untuk bisa meneruskan pekerjaan sebagai pembuat blangkon,” ungkapnya sembari menunjuk Sugiyono.

Tanpa ada perlawanan pada kalimat yang dinyatakan Sosro, Sugiyono lantas bertekad untuk bisa meneruskan kiprah Sosro. “Seperti bapak, saya ingin nguringuri budaya Jawa,” ungkapnya tegas sembari menjahit kain ikat bermotif Modang.

http://harianjogja.com/web2/beritas/detailberita/12892/blangkon-mataraman-butuh-regenerasiview.html

Monday, March 8, 2010

Tunjangan guru TK Gunungkidul dicukur

WONOSARI: Belum reda dugaan kabar potongan gaji untuk pembelian seragam menimpa guru TK dan SD, kini giliran tunjangan bagi guru TK dicukur. Penyunatan gaji tanpa alasan yang jelas ini telah diadukan ke anggota fraksi PKS DPRD Gunungkidul.

Dari penerimaan tunjangan senilai Rp3 juta untuk setiap guru TK per tahun, dikenakan pajak sebesar 15% dan menyisakan Rp2,55 juta yang harusnya di terimakan. Namun melalui meja per meja bendahara setiap penerima masih dikenakan pinalti potongan gaji senilai Rp60.000 sehingga hanya menerima Rp 2,49 juta.

“Apa yang dikeluhan banyak guru TK di Wonosari dan sejumlah kecamatan lain sudah langsung kami sampaikan Kepala Dinas Pendidikan. Setiap SMS aduan kami terima langsung dan diteruskan ke ponsel Pak Kasiyo [Kepala Disdikpora],” kata Imam Taufi k anggota DPRD Gunungkidul kepada Harian Jogja, Minggu (7/3).

Menurut dia, sampai dengan kemarin sudah ada 20 pengirim SMS yang mengadukan pemotongan tunjangan fungsional bersumber dari Pemprov DIY Rp250.000 per guru. Banyak dalih pemotongan itu konon dilakukan, seperti untuk orang dinas dan UPT kecamatan maupun fee pejabat pemberi tandatangan saat pencarian tunjangan. Kendati merahasiakan pengirim SM, STaufi k menunjukkan salah satu isi pesan yang diterima di ponselnya bertuliskan ‘pemotongan Rp 60rb melalui dua meja saat tandatangan pencairan dan meja satunya.

Mohon PKS menyikapi serius.’ Pemotongan tanpa alasan yang jelas itu, imbuh Taufik, dapat di katakana bentuk pungutan liar (pungli) yang sebenarnya menjadi larangan keras. Untuk itu pihaknya meminta kepada Disdikpora untuk menindaklanjuti kabar tersebut.

Sementara Kepala Disdikpora, Kasiyo meminta waktu untuk segera melakukan pengecekan ke sejumlah pihak atas informasi aduan yang telah sampai ditangannya. “Saya nggak mau kalau nama saya disebutkan karena pasti akan berurusan dengan Dinas Pendidikan. Memang benar ada penyunatan. Ada yang kena Rp60.000, dan Rp50.000. Khusus saya hanya Rp30.000,” ujar salah seorang guru TK di Wonosari dihubungi Harian Jogjahttp://harianjogja.com/web2/beritas/detailberita/12817/tunjangan-guru-tk-dicukurview.html

Friday, March 5, 2010

Dukun cabul Patuk nyaris jadi dipukuli massa

Karjiman Jenggot (55) warga Desa Ngoro Oro Kecamatan Patuk dikenal sakti dapat menyembuhkan berbagai penyakit nyaris menjadi dipukuli massa setelah diduga melakukan tindak cabul terhadap Nur Khasanah tak lain adalah pasiennya sendiri.

Tak terima dengan ulah sang dukun, suami korban bernama Mardiyoko langsung melaporkan tindak asusila berkedok pengobatan alternatif ke Polsek Patuk, Jumat (5/3).

Menurut pengakuan pelapor, peristiwa memalukan ini terjadi saat istrinya berniat melakukan pengobatan ditempat praktik Karjimen Jenggot. Pemeriksaan bukan pertama kali dilakukan langsung membuat berang korban dan suaminya atas perbuatan menyimpang sang dukun.

Seperti diungkapkan Mardiyoko kepada Pihak kepolisian, perbuatan dukun cabul itu diketahui saat dirinya nyaris menjadi mangsa Karjiman. Saat mendatangi Karjiman untuk niatnya berobat, Karjiman meminta korban masuk kamar praktik.

“Disitulah terjadi tindakan asusila menimpa istri saya,” kata Mardiyoko dihadapan penyidik.

Beruntung dalam kondisi nyaris dimangsa sang dukun ini, korban menyelamatkan diri keluar dari kamar praktik dan langsung pulang untuk menceritakan peristiwa yang baru saja dialami.

Meskipun belum sampai pada hubungan fisik, korban dan pelapor menduga praktik pengobatan alternatif Karjiman ini ada ketidakberesan.

“Kami meminta polisi dapat menindak tegas sebelum ada korban lain,” imbuhnya.

Kasus ini kontan menyebar langsung membuat warga nyaris emosi untuk menghakimi sang dukun. Beruntung kejadian ini segera di antisipasi petugas sehingag tindakan main hakin sendiri dapat dihindarkan.

Saat dikonfirmasi Kapolres Gunungkidul AKBP Irwan Ramaini mengaku adanya laporan terkait persoalan tersebut. Pihaknya juga mengambil langkah-langkah hukum untuk memeriksa saksi setelah mendapatkan aduan pelapor.

"Kami sudah turun tangan selain mengamankan terlapor dari ancaman amuk masa dan emosi warga penanganan hukum saat ini tengah berjalan. Terlapor masih tersu kami periksa,” kata Kapolres.

Irwan Ramaini menambahkan kemungkinan nanti di temukan bukti dan cukup akan segera diproses sesuai ketentuan hukum yang berlaku. Saat ini dalam tahap meminta keterangan terlapor,” tegas Kapolres
http://harianjogja.com/web2/beritas/detailberita/12774/dukun-cabul-patuk-nyaris-jadi-dipukuli-view.html

Wednesday, March 3, 2010

Tercebur Sumur 35 Meter, Pria Sakti Dari Gunungkidul Selamat

Gunungkidul (Fajar Jogja) Lilik (45) warga Kepek, Wonosari, Kabupaten Gunungkidul, yang tercebur ke sumur sedalam 35 meter, Selasa (2/3). Ajaibnya, walau jatuh dan tercebur ke dalam lubang sedalam itu, pria ini tetap selamat.

Menurut Ketua SAR Darat Gunungkidul, Agus Gandhi, korban tercebur ke sumur tidak jauh dari rumahnya. "Kami terus berupaya mengangkatnya dan kami masih bisa berkomunikasi dengan korban," katanya.

Agus mengatakan, evakuasi terhadap Lilik terkendala kondisi gelap karena sudah malam, serta terbatasnya peralatan untuk turun ke dalam sumur. "Namun, kami terus berupaya agar korban dapat dievakuasi malam ini juga, karena jika sampai menunda besok hari, dikhawatirkan kondisi korban menurun dan bisa berakibat fatal," katanya.

Dikatakannya, pihaknya menggunakan lampu penerangan yang ada, serta menerjunkan anggota SAR untuk turun ke dalam sumur. "Penolong harus turun ke dalam sumur, karena jika hanya dengan tali yang dijulurkan ke bawah, belum tentu korban akan kuat untuk naik," katanya (KR)