Mengenaskan. Diduga akibattak punya biaya pemakaman , Ralim, 70, pensiunan polisi berpangkat perwira, membiarkan mayat istrinya, Harijati, 63, sampai membusuk. Selama tiga hari, mayatnya tak segera dimakamkan namun dibiarkan terbaring di dalam rumah, di Jl Kebun Kopi Blok I Perumahan Asrikaton Indah, Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang.
Bahkan rumah yang ditempati itu bukan miliknya melainkan rumah percontohan milik pengembang perumahan itu yang sudah rusak berat karena lama dibiarkan kosong. Rumah itu sangat kecil dan tanpa penyekat kamar. Saat diketahui tetangga, Jumat (1/10) petang, mayat korban sudah membusuk karena sudah tiga hari lalu meninggal dunia, Selasa (28/9). Kepada wartawan, Ralim, mengelak membiarkan mayat istri membusuk.
Ia beralasan menunggu keluarga istri dari Banyumas, yang akan mengambil mayat itu dan memakamkannya di tempat kelahirannya Banyumas. Namun ditunggu hingga tiga hari keluarganya tak juga datang, sehingga mayat itu sampai membusuk.
Baunya sudah menyengat hidung. Apalagi saat diketahui warga, mayat itu hanya diselimuti kain sarung dengan ditidurkan di kasur yang berada di lantai dalam rumahnya. Kemungkinan, jika tak segera diketahui tetangga, bisa jadi sampai beberapa hari lagi mayat itu masih terbaring di dalam rumah. “Malam ini kami lagi mengevakuasinya,” kata AKP Gatot Setiawan, Kapolsek Pakis, Jumat (1/10).
Sejauh ini, petugas belum berani menyimpulkan penyebab kematian korban karena menunggu hasil otopsi. Malam itu mayat korban dibawa ke Kamar Mayat RSSA Malang. Namun keterangan yang didapat polisi dari pihak keluarga korban, korban meninggal dunia karena sakit perut. Mungkin karena tak ada biaya, sehingga korban tak sempat dilarikan ke rumah sakit.
Informasi lain, kondisi itu akibat dipicu ekonomi korban yang serba kekurangan. Kabarnya, keluarga itu terlilit utang. Tak pelak, ia bersama keluarganya rela menempati rumah kosong, tanpa mengeluarkan uang sepersen pun.
Sebab, mereka tak mampu mengontrak rumah. Sebelum menempati rumah itu, Ralim bersama istrinya dan seorang anaknya, Kris Hartanto Hendrayana, 25, yang mengalami keterbelakangan mental sempat mengontrak rumah, yang berlokasi di belakang rumah yang ditempati sekarang ini. Namun karena tak bisa membayar kontrakan, terpaksa mereka hengkang dan menempati rumah milik pengembang perumahan itu, yang lama kosong dengan kondisi tak layak huni. Bahkan, kalau hujan, rumah itu banjir akibat atapnya banyak yang jebol dan temboknya sudah mengelupas.
Kematian korban itu diketahui tetangganya karena curiga setelah mencium bau busuk setiap kali melintas di depan rumah korban. Baunya sangat menyengat hidung. Semula warga mengira itu bau bangkai tikus. Bahkan warga sempat mencarinya namun tak ditemukan bangkai tikus di sekitar rumah korban. Setelah tak menemukan asal bau badek itu, warga ingat kalau korban sakit. Akhirnya, warga curiga.
Jangan-jangan korban meninggal dunia namun tak ada yang mengetahui. Cuma warga tak berani langsung menanyakan ke pihak keluarganya karena takut tersinggung atau tak terima. Apalagi, di perumahan itu keluarga Ralim tergolong tertutup meski tercatat sebagai penghuni baru. Delapan bulan lalu, Ralim bersama istrinya serta seorang anaknya, tiba-tiba menempati rumah tersebut.
Akhirnya, Jumat sore itu, Fatkhur, 46, yang rumahnya persis di dekat korban, memberanikan diri mengecek diam-diam. Sambil menutup hidungnya, ia mengintip dari balik jendela. Ternyata bau itu memang berasal dari dalam rumah korban. Cuma saat itu ia belum tahu dari mana asalnya. Setelah mengintip beberapa menit, Fatkhur baru terbelalak matanya melihat tubuh korban terbaring kaku di lantai rumah.
Akhirnya, sore itu warga perumahan langsung gempar setelah mendengar tetangganya meninggal dunia dengan kondisi sudah membusuk akibat tak segera dimakamkan. Dengan memberanikan diri, warga ramai-ramai mendobrak rumah korban kemudian mengecek apa yang terjadi. Setelah diketahui pasti kalau korban sudah tiga hari meninggal dunia, warga baru melapor ke polisi.
Ralim adalah pensiunan polisi dan terakhir bertugas di Polwil Malang, sewaktu Kapolwil dijabat Kolonel (Kombes—sekarang) Muhammad Zein. Ia pensiun dari korps baju coklat pada tahun 1993 lalu, dengan pangkat Kapten (sekarang AKP). Bertugas di bagian kesehatan Polwil Malang. Namun di akhir pensiun, kehidupannya kian memburuk.
Ia bersama keluarganya sering pindah-pindah rumah kontrakan. Bahkan saat ini untuk mencukupi kebutuhan keluarga, Ralim di usianya yang senja, kabarnya masih harus membanting tulang. Namun tak ada yang tahu pekerjaannya. Cuma tiap hari berangkat pagi dan baru pulang sore. Mungkin penghasilannya masih belum cukup, sehingga menurut sejumlah sumber ia sampai menggadaikan SK pensiunnya. Bahkan, masih menurut sumber itu, setiap bulan, ia hanya menikmati uang pensiun Rp 200.000 akibat uang pensiunan yang lain dialokasikan untuk mencicil utang .
http://www.surya.co.id/2010/10/02/tak-ada-biaya-makam-mayat-istri-membusuk-2.html