Adalah Profesor Susan Reverby dari Wellesley College yang buka suara soal uji coba obat penisilin untuk penumpas penyakit kelamin, sifilis. “Percobaan itu sudah berlangsung sejak 1940-an terhadap warga Guatemala,” kata Reverby.
Menurut catatan media massa seperti AFP dan AP pada Sabtu (2/10/2010), penelitian oleh Reverby menunjukkan penelitian medis Amerika menyebabkan hampir 700 orang di Guatemala terkena dua jenis penyakit kelamin. Para pasien dalam penelitian ini adalah para tahanan dan orang yang mengalami gangguan jiwa. Ironisnya, mereka tidak menyadari digunakan sebagai objek penelitian. Sifilis dapat menyebabkan gangguan jantung, kebutaan, penyakit jiwa, dan bahkan kematian.
Tak cuma itu, kata Reverby, para dokter menggunakan pelacur yang terkena sifilis untuk ditularkan kepada para pasien tadi. Dari situlah kemudian para peneliti itu memperoleh jawaban ampuh tidaknya penisilin sebagai obat sifilis. Termasuk, bisa tidaknya antibiotik itu dipakai sebagai salah satu pengobatan jangka panjang di kemudian hari.
Memang, menurut Reverby, para pasien kemudian diobati. Cuma, problemnya, tidak jelas berapa orang yang sembuh. Para korban sampai sekarang belum mendapatkan ganti rugi. Meski, selain Presieden AS Obama, Presiden Bill Clinton saat berkuasa juga pernah meminta maaf.
Kejahatan kemanusiaan
Sudah barang tentu kemudian Presiden Colom bak tersengat setrum kuat. Dalam bahwa kebijakan AS kala itu merupakan kejahatan kemanusiaan. “Rakyat dan media Guatemala sangat marah,” kata orang nomor satu Guatemala itu, yang sejatinya negaranya adalah sekutu dekat AS.
Menurut laporan media pula, Presiden Barack Obama telah meminta maaf kepada Colom. Menurut Obama eksperimen itu bertentangan dengan nilai-nilai yang dijunjung Amerika. “Amerika berjanji melakukan penyelidikan,” kata Obama.
Barack Obama, sebagaimana pernyataan Gedung Putih, juga memastikan tekad Amerika untuk menjamin semua penelitian medis terhadap manusia memenuhi standar hukum dan etika internasional.
Kemudian, pernyataan bersama Menteri Luar Negeri Hillary Clinton dan Menteri Kesehatan Kathleen Sebelius mengatakan, “Walaupun insiden ini terjadi lebih dari 64 tahun lalu, kami sangat marah penelitian tercela itu terjadi dengan kedok kesehatan masyarakat”.
“Kami sangat menyesalkan ini terjadi, kami meminta maaf kepada semua warga yang terkena penelitian menjijikkan ini,” imbuh keduanya. “Mungkin saja, insiden seperti ini terjadi di negara lain di dunia namun sebagai presiden dan warga Guatemala, saya harapkan, insiden ini tidak terjadi di negara ini,” demikian Presiden Alvaro Colom
No comments:
Post a Comment