Saturday, May 8, 2010

Mengintip Proses Pengeringan Tokek di Probolinggo

Siapa yang tak kenal dengan tokek Probolinggo. Bahkan, penjualan tokek asal Probolinggo itu menjadi salah satu komoditi ekspor, ke Jepang, Taiwan, Singapura, China, dan beberapa negara di Asia Tenggara.

Tak heran, jika para pengrajin tokek bisa meraup untung hingga puluhan juta rupiah. Salah seorang pengrajin tokek, Sugiyanto (38), asal Desa Tegalsiwalan, Kecamatan Tegalsiwalan, Kabupaten Probolinggo menuturkan, jika dalam setiap bulannya bisa menghasilkan sebanyak 3.000 tokek yang dikeringkan.

"Omset setiap bulannya rata-rata sampai 3000 tokek," ungkapnya saat ditemui detiksurabaya.com di rumahnya, Sabtu (8/5/2010).

Tokek tersebut, dia dapat dari para penjual yang nyetor kepadanya. "Penjualnya sudah ada. Mereka nyetor kesini seharga Rp 1.600 sampai Rp 1750 per-ekor dengan panjang 13 cm sampai 30 cm," cerita Sugiyanto.

Tokek hidup itu kemudian dibelah jadi dua. Kemudian didiamkan dalam alat pengopenan selama sehari semalam. Sebelum diopen, tokek yang sudah mati dibelah menjadi dua itu lalu dijepit dengan sebuah kawat penjepit. "Semua isi dalam perut tokek dibuang. Jadi tinggal badannya saja," terang dia.

Setelah badan tokek itu kering, lalu dijual seharga Rp 3.500 sampai Rp 4.000 sepasang. "Jadi kita jual sepasang, bukan perekor lagi," tambahnya lagi.

Dia menceritakan, para pengrajin tokek lokal itu menyetornya kepada salah seorang pengepul yang juga berada di Probolinggo. Setelah itu, dendeng tokek (kering,red) itu dipasarkan ke luar negeri.

Untuk menjadi pengrajin tokek, Sugiyanto harus mengeluarkan modal sebesar Rp 20 juta. "Semakin besar modal yang kita keluarkan, semakin besar pula omset yang kita dapat," katanya.

Berburu Tokek Hingga Keluar Daerah

Berburu hewan tokek rata-rata memang berasal dari warga Desa Tegalsiwalan, Kecamatan Tegalsiwalan, Kabupaten Probolinggo. Berburu tokek bagi warga setempat, seolah sudah menjadi mata pencaharian untuk menghidupi keluarganya.

"Mereka berburu tokek bahkan sampai keluar daerah, seperti Madura, Banyuwangi, Jember dan lain sebagainya," ujar Sugiyanto.

Para pemburu tokek itu, menurut dia, dibiaya oleh para pengrajin atau pengusaha tokek sendiri. Mereka dikirim keluar daerah untuk melakukan perburuan. "Mereka perginya diantar, begitu hasil buruannya dapat banyak mereka pulangnya dijemput," katanya. http://surabaya.detik.com/read/2010/05/08/113721/1353462/475/mengintip-proses-pengeringan-tokek-di-probolinggo?y991102465

No comments:

Post a Comment