Komisi VIII DPR masih melakukan pemantauan kondisi para pengungsi di Merapi. Kali ini mereka menemukan ribuan warga yang tidak mengungsi namun terancam kelaparan.
Warga yang terancama kelaparan itu berada di Desa Gulon Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Mereka tidak mengungsi, namun perekonomiannya lumpuh total akibat rumah dan lingkungannya berantakan tertutup debu vulkanik.
"Mereka tidak mengungsi karena desanya di luar radius 20 km. Akan tetapi, rumah, lingkungan, sawah, kebun, dan ladang mereka rusak," ujar Ketua Komisi VIII H Abdul Kadir Karding, di Desa Gulon, Jumat (12/11/2010).
Kadir yang datang bersama anggota Komisi VIII lainnya Inna Ammania, Direktur Penanggulangan dan Tangggap Darurat BNPB Sutrisno, dan Sekretaris Komisi C DPRD Provinsi Jateng Sukirman meninjau langsung beberapa desa yang rusak. Tercatat, desa Gulon Kecamatan Salam, Ploso Gede dan Jamus Kecamatan Ngluar serta Karang Talun Kecamatan Ngluar rusak total.
"Ekonomi warga kami lumpuh total. Mereka yang pedagang tak bisa berjualan, yang petani tak bisa ke sawah. Ekonomi kami benar-benar lumpuh," kata Kuswiranto, Kades Gulon, Kecamatan Salam, kemarin.
Kuswiranto mengatakan, Desa Gulon berpenduduk sekitar 7.000 jiwa. Sebagian besar dari mereka memiliki penghasilan sebagai petani dan pedagang. Namun sudah dua minggu ini ekonomi lumpuh sehingga warga memperoleh pendapatan.
Sejumlah anggota Komisi VIII DPR RI yang selama tiga hari ini berkeliling ke lokasi pengungsian di Boyolali, Klaten, dan Magelang mengaku kaget. Mereka tidak menduga akan menemukan warga bukan pengungsi yang kesulitan makan.
"Ekonomi warga lumpuh. Meski bukan pengungsi namun mereka juga butuh makan dan minum. Kita juga harus membantu warga yang kesulitan makan. Kita harus adil," tegas Kadir.
Di Plosogede Karding menemukan kenyataan yang lebih buruk. Ribuan warga kesulitan memenuhi kebutuhan pokok karena sawah dan ladang mereka hancur. Padahal 90 persen ekonomi warga mengandalkan hasil pertanian.
Uniknya, warga Desa Plosogede masih harus diserahi tanggung jawab mengurus 2.220 pengungsi dari Desa Ngablak, Kecamatan Srumbung. "Sungguh ironis, warga kami kesulitan makan namun kami harus mengurus ribuan pengungsi," kata Kadus Tingkiran, Nur Kholis.
Menurut Nur, kehidupan pengungsi justru lebih baik ketimbang warga setempat. Hal ini karena pengungsi mendapat jatah beras dan uang lauk pauk dari pemerintah sedangkan warga justru tidak mendapatkan bantuan apapun.
"Warga memang sedang kesulitan. Tak ada yang bisa dikerjakan maupun dipetik dari sawah. Jika kondisi berlangsung sampai seminggu ke depan saya yakin akan banyak warga kelaparan," imbuh Karding
Warga yang terancama kelaparan itu berada di Desa Gulon Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Mereka tidak mengungsi, namun perekonomiannya lumpuh total akibat rumah dan lingkungannya berantakan tertutup debu vulkanik.
"Mereka tidak mengungsi karena desanya di luar radius 20 km. Akan tetapi, rumah, lingkungan, sawah, kebun, dan ladang mereka rusak," ujar Ketua Komisi VIII H Abdul Kadir Karding, di Desa Gulon, Jumat (12/11/2010).
Kadir yang datang bersama anggota Komisi VIII lainnya Inna Ammania, Direktur Penanggulangan dan Tangggap Darurat BNPB Sutrisno, dan Sekretaris Komisi C DPRD Provinsi Jateng Sukirman meninjau langsung beberapa desa yang rusak. Tercatat, desa Gulon Kecamatan Salam, Ploso Gede dan Jamus Kecamatan Ngluar serta Karang Talun Kecamatan Ngluar rusak total.
"Ekonomi warga kami lumpuh total. Mereka yang pedagang tak bisa berjualan, yang petani tak bisa ke sawah. Ekonomi kami benar-benar lumpuh," kata Kuswiranto, Kades Gulon, Kecamatan Salam, kemarin.
Kuswiranto mengatakan, Desa Gulon berpenduduk sekitar 7.000 jiwa. Sebagian besar dari mereka memiliki penghasilan sebagai petani dan pedagang. Namun sudah dua minggu ini ekonomi lumpuh sehingga warga memperoleh pendapatan.
Sejumlah anggota Komisi VIII DPR RI yang selama tiga hari ini berkeliling ke lokasi pengungsian di Boyolali, Klaten, dan Magelang mengaku kaget. Mereka tidak menduga akan menemukan warga bukan pengungsi yang kesulitan makan.
"Ekonomi warga lumpuh. Meski bukan pengungsi namun mereka juga butuh makan dan minum. Kita juga harus membantu warga yang kesulitan makan. Kita harus adil," tegas Kadir.
Di Plosogede Karding menemukan kenyataan yang lebih buruk. Ribuan warga kesulitan memenuhi kebutuhan pokok karena sawah dan ladang mereka hancur. Padahal 90 persen ekonomi warga mengandalkan hasil pertanian.
Uniknya, warga Desa Plosogede masih harus diserahi tanggung jawab mengurus 2.220 pengungsi dari Desa Ngablak, Kecamatan Srumbung. "Sungguh ironis, warga kami kesulitan makan namun kami harus mengurus ribuan pengungsi," kata Kadus Tingkiran, Nur Kholis.
Menurut Nur, kehidupan pengungsi justru lebih baik ketimbang warga setempat. Hal ini karena pengungsi mendapat jatah beras dan uang lauk pauk dari pemerintah sedangkan warga justru tidak mendapatkan bantuan apapun.
"Warga memang sedang kesulitan. Tak ada yang bisa dikerjakan maupun dipetik dari sawah. Jika kondisi berlangsung sampai seminggu ke depan saya yakin akan banyak warga kelaparan," imbuh Karding
No comments:
Post a Comment