Masyarakat sempat dibuat was-was dengan dengan adanya isu Awan Petruk sebagai perlambang bencana. Gubernur DIY Sri Sultan Hamengkubowono X menampik hal tersebut dan menyebutnya sebagai penafsiran pribadi saja.
"Itu cuma penafsiran pribadi saja. Kalau saya gambar yang lain juga bisa dinamakan lain," kata Sultan kepada wartawan seusai menghadiri doa bersama di Kraton Yogyakarta, Minggu (7/11/2010) petang.
Sultan berharap masyarakat tidak memercayai isu-isu yang tidak jelas ujung pangkalnya. Selain itu, raja Kraton Yogyakarta ini juga meminta warga jangan terlalu percaya dengan apa yang disebutnya sebagai mitos klasik.
Mitos klasik yang dimaksud Sultan adalah keyakinan ekstrim akan terjadinya sesuatu. Letusan gunung Merapi yang begitu dahsyat pada Jumat (5/11/2010) dinihari lalu meruntuhkan mitos tersebut.
"Contohnya orang selama ini begitu yakin lahar tidak akan ke Cangkringan. Itu kan suatu bentuk kesombongan," terangnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, isu soal awan Petruk ini pertama kali mengemuka kala Suswanto (40), warga Srumbung, Magelang, mengabadikan awan yang berbentuk Petruk dengan bidikan kamera ponselnya pada Senin 25 Oktober selepas subuh.
Sebagian sesepuh di desa tersebut mengartikan itu sebagai tanda bahwa akan ada letusan Merapi yang besar. Kepala Mbah Petruk yang menghadap ke selatan artinya musibah akan terjadi di Yogyakarta dan sekitarnya.
Menurutnya, hidung Petruk yang menghadap Yogyakarta mengandung arti Merapi mengincar Yogyakarta. Dia beralasan, di Yogya banyak orang-orang tidak baik karena itulah menjadi incaran Merapi. Para penunggu Merapi marah dengan kondisi masyarakat. http://detiknews.com/read/2010/11/07/192255/1488756/10/sultan-sebut-mbah-petruk-cuma-penafsiran-pribadi?nd992203topnews
"Itu cuma penafsiran pribadi saja. Kalau saya gambar yang lain juga bisa dinamakan lain," kata Sultan kepada wartawan seusai menghadiri doa bersama di Kraton Yogyakarta, Minggu (7/11/2010) petang.
Sultan berharap masyarakat tidak memercayai isu-isu yang tidak jelas ujung pangkalnya. Selain itu, raja Kraton Yogyakarta ini juga meminta warga jangan terlalu percaya dengan apa yang disebutnya sebagai mitos klasik.
Mitos klasik yang dimaksud Sultan adalah keyakinan ekstrim akan terjadinya sesuatu. Letusan gunung Merapi yang begitu dahsyat pada Jumat (5/11/2010) dinihari lalu meruntuhkan mitos tersebut.
"Contohnya orang selama ini begitu yakin lahar tidak akan ke Cangkringan. Itu kan suatu bentuk kesombongan," terangnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, isu soal awan Petruk ini pertama kali mengemuka kala Suswanto (40), warga Srumbung, Magelang, mengabadikan awan yang berbentuk Petruk dengan bidikan kamera ponselnya pada Senin 25 Oktober selepas subuh.
Sebagian sesepuh di desa tersebut mengartikan itu sebagai tanda bahwa akan ada letusan Merapi yang besar. Kepala Mbah Petruk yang menghadap ke selatan artinya musibah akan terjadi di Yogyakarta dan sekitarnya.
Sedangkan Ponimin yang disebut-sebut menjadi pengganti Mbah Maridjan sebagai juru kunci Merapi menyatakan, sosok mirip Petruk itu merupakan salah satu penunggu Merapi.
Menurutnya, hidung Petruk yang menghadap Yogyakarta mengandung arti Merapi mengincar Yogyakarta. Dia beralasan, di Yogya banyak orang-orang tidak baik karena itulah menjadi incaran Merapi. Para penunggu Merapi marah dengan kondisi masyarakat. http://detiknews.com/read/2010/11/07/192255/1488756/10/sultan-sebut-mbah-petruk-cuma-penafsiran-pribadi?nd992203topnews
No comments:
Post a Comment