Ridwan sendirian membelah malam dengan mobil ambulansnya. Dia harus mengantar jenazah korban kecelakaan dari Rumah Sakit PMI Bogor, menuju Jasinga, daerah perbatasan Bogor dan Banten. Sirine ambulansnya meraung sepanjang malam sampai tiba di rumah duka pukul 23.00 WIB.
Jenazah usai diantar, Ridwan pun kembali ke Bogor. Namun, baru jalan sekitar 5 km dari rumah duka, terjadi kegaduhan di bagian belakang mobil. Ridwan berpikir, keranda besi untuk membawa jenazah lepas dari posisinya dan menghantam badan mobil karena mobil terguncang. Saat ambulans melintas di aspal yang mulus, keranda besi itu tetap bergoyang-goyang.
Ridwan pun melongok ke bagian belakang ambulans. Dia melihat keranda mayat itu bergoyang-goyang sendiri. Tidak hanya itu, lampu di dalam mobil ambulans pun tiba-tiba padam. Ridwan takut bukan kepalang. Ambulans dipacu sekencang-kencangnya dengan sirine meraung-raung. Ridwan tiba di rumah sakit dengan wajah pucat. Besoknya dia langsung mengundurkan diri dari pekerjaan yang baru dua minggu digelutinya. "Saya nggak kuat, Kang. Saya berhenti kerja saja. Gaji saya yang dua minggu buat
Akang saja," kata Ridwan saat itu.
Pengalaman Ridwan pada 1995 ini, dituturkan oleh Oman Abdurahman (53), teman kerjanya. Dalam perbincangan dengan detikcom, Kamis (25/3/2010), Oman mengatakan pengalaman yang membetot nyali itu adalah bagian dari ujian sopir ambulans pengantar
jenazah.
Oman sudah 16 tahun memegang kemudi ambulans pengantar jenazah. Palang hitam, begitu julukan sebagian orang. Menurut Oman, pengalaman seram memang menjadi bagian dari pekerjaan para sopir ambulans jenazah. Apalagi mobil ambulans model lama tidak memisahkan ruang kemudi dan ruang jenazah."Dulu mobilnya Kijang kotak, tidak ada pembatas sopir dan jenazah. Pendinginnya juga kipas angin. Coba bayangkan," kata Oman.
Namun menurut Oman, lama kelamaan para sopir mobil jenazah sudah kebal. Keranda mayat bergoyang sendiri, lampu mobil tiba-tiba byar pet, dan suara rintihan. Semua pernah dialami para sopir mobil jenazah. Namun selama belasan tahun bekerja, mereka tidak pernah sampai melihat mahluk gaib. Sebenarnya, apa sih yang membuat mereka bertahan menjadi sopir mobil jenazah?"Kami bekerja dengan niat baik. Ini adalah tugas penting mengantarkan jenazah ke rumah duka. Mungkin mahluk halus juga tahu, jadi tidak pernah sampai mengganggu kita," tutur Endang, teman Oman, sambil tertawa terbahak-bahak.
Banyak orang yang memang menganggap peristiwa mistis itu tidak masuk akal. Namun bagi Oman dan Endang, hal semacam itu mereka jumpai sehari-hari, bahkan sudah dianggap biasa oleh mereka. Perbaikan sistem kerja pun lebih dikarenakan kebutuhan yang logis, bukan karena hal-hal gaib itu. Misalnya saja sistem sopir ganda untuk jenazah yang harus dikirim jauh sampai ke luar Jawa Barat bahkan Sumatera. Tujuannya bukan karena sopir suka diganggu mahluk halus, melainkan memang butuh dua sopir untuk membawa mobil bergantian jika yang satu kelelahan. "Belum lama ini pas bedug Magrib, mobil ambulans yang lagi parkir, lampunya nyala
sendiri. Padahal mobil dikunci, dan pas dicek nggak ada kabel korslet," pungkas Oman menunjuk mobil ambulans Mitsubishi L 300 di parkiran depan kamar jenazah.
http://www.detiknews.com/read/2010/03/26/152342/1326203/159/keranda-mayat-itu-tiba-tiba-bergoyang
No comments:
Post a Comment