Bupati Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur, Gidion Bilijora meminta semua pihak untuk tidak mengaitkan rawan pangan yang melanda masyarakat di wilayah itu dengan proses pemilihan umum kepala daerah periode 2010-2015.
"Rawan pangan adalah masalah kemanusiaan dan tidak pantas dikaitkan dengan persoalan politik," kata Gidion Bilijora melalui telepon genggam dari Kupang, Selasa (13/4/2010). Hal itu dikatakan dalam menanggapi seputar pandangan yang menyebutkan bahwa rawan pangan di kabupaten setempat merupakan bagian dari strategi pasangan calon yang sedang berkuasa untuk menarik simpati pemilih.
Caranya adalah dengan meminta bantuan beras sebanyak-banyaknya dari pemerintah provinsi maupun pemerintah pusat untuk dibagikan kepada masyarakat sebelum hari pemungutan suara tanggal 3 Juni mendatang. "Kalau ada yang memanfaatkan situasi ini untuk kepentingan politik, itu namanya menari di atas penderitaan rakyat. Ini bencana di luar kemampuan kita sebagai manusia," katanya.
Ia mengatakan, masyarakat sudah pandai menetapkan pilihan dan tidak terpengaruh dengan isu murahan seperti itu. Menurut dia, krisis pangan yang melanda lebih dari 150 desa di wilayah itu adalah benar-benar terjadi dan saat ini masyarakat sangat membutuhkan bantuan pangan karena persediaan pangan di tingkat rumah tangga terus menipis.
Kondisi pangan masyarakat ini, kata dia, sudah melalui suatu kajian yang dilakukan tim dari Badan Ketahanan Pangan untuk beberapa tahapan dan dilakukan sejak akhir tahun 2009. "Artinya, setelah melalui suatu kajian yang cukup dalam, tim berkesimpulan bahwa hampir semua desa di wilayah itu menghadapi ancaman rawan pangan yang sangat serius," katanya.
Oleh karena itu, dia menegaskan bahwa masalah yang dihadapi masyarakat di wilayah itu jangan dikaitkan dengan proses politik yang sedang berlangsung. "Semua pihak harus menyadari bahwa ini adalah masalah kemanusiaan dan harus segera mendapat penanganan," katanya. http://regional.kompas.com/read/2010/04/13/07584835/Krisis.Pangan.Sumba.Timur.Sangat.Serius-14
"Rawan pangan adalah masalah kemanusiaan dan tidak pantas dikaitkan dengan persoalan politik," kata Gidion Bilijora melalui telepon genggam dari Kupang, Selasa (13/4/2010). Hal itu dikatakan dalam menanggapi seputar pandangan yang menyebutkan bahwa rawan pangan di kabupaten setempat merupakan bagian dari strategi pasangan calon yang sedang berkuasa untuk menarik simpati pemilih.
Caranya adalah dengan meminta bantuan beras sebanyak-banyaknya dari pemerintah provinsi maupun pemerintah pusat untuk dibagikan kepada masyarakat sebelum hari pemungutan suara tanggal 3 Juni mendatang. "Kalau ada yang memanfaatkan situasi ini untuk kepentingan politik, itu namanya menari di atas penderitaan rakyat. Ini bencana di luar kemampuan kita sebagai manusia," katanya.
Ia mengatakan, masyarakat sudah pandai menetapkan pilihan dan tidak terpengaruh dengan isu murahan seperti itu. Menurut dia, krisis pangan yang melanda lebih dari 150 desa di wilayah itu adalah benar-benar terjadi dan saat ini masyarakat sangat membutuhkan bantuan pangan karena persediaan pangan di tingkat rumah tangga terus menipis.
Kondisi pangan masyarakat ini, kata dia, sudah melalui suatu kajian yang dilakukan tim dari Badan Ketahanan Pangan untuk beberapa tahapan dan dilakukan sejak akhir tahun 2009. "Artinya, setelah melalui suatu kajian yang cukup dalam, tim berkesimpulan bahwa hampir semua desa di wilayah itu menghadapi ancaman rawan pangan yang sangat serius," katanya.
Oleh karena itu, dia menegaskan bahwa masalah yang dihadapi masyarakat di wilayah itu jangan dikaitkan dengan proses politik yang sedang berlangsung. "Semua pihak harus menyadari bahwa ini adalah masalah kemanusiaan dan harus segera mendapat penanganan," katanya. http://regional.kompas.com/read/2010/04/13/07584835/Krisis.Pangan.Sumba.Timur.Sangat.Serius-14
No comments:
Post a Comment