TERBARING di sebuah tempat tidur berukuran dua kali satu meter, Muhammad Kodiron (22) warga RT 11/RW 01 Dusun Cengis, Desa Simpur, Kecamatan Belik, Kabupaten Pemalang, terus menahan kesakitan. Sudah 22 tahun anak pasangan Tarno (65) dan Maskuri (45) itu terbaring dengan diikat di ranjang. Kodiron diikat karena terus melukai dirinya sendiri. Perjaka yang terlihat selalu gembira itu mengalami penyakit lumpuh dan saraf.
Kedua tangan dan kakinya terus bergerak tak karuan. Kaki kanan yang terus digesek-gesekan pada kaki kiri terpaksa diikat dengan tali pada ranjang. Begitu pula dengan kedua tangannya yang terus bergerak mencakar muka dan badannya. Sebuah kipas angin besar selalu menyala untuk mendinginkan keringat Kodiron yang selalu bercucuran.
Bau menyangat tak dapat dihindari, sebab segala kegiatan Kodiron dilakukan di ranjang yang diletakan di ruang tamu ,berdekatan dengan jendela rumah. Rumah sangat sederhana dengan berdinding anyaman bambu itu melengkapi penderitaan keluarga Tarno.
”Sudah sejak delapan bulan, Kodiron mengalami kejang-kejang. Kaki dan tangannya tidak mau berhenti bergerak. Saya sudah berusaha untuk menyembuhkan penyakit Kodiron, tapi Tuhan belum mengizinkan untuk sembuh,” kata Tarno yang mengaku sudah tidak mampu lagi membiayai anaknya berobat.
Tarno menceritakan, anak ketiga dari tiga bersaudara itu saat dilahirkan kelihatan normal. Namun pada usai delapan bulan, Kodiron mengalami penyakit panas. Kakinya lumpuh dan terus bergerak. Keluarga telah berusaha untuk mengobatkan Kodiron ke dokter. Bahkan, orang pintar (paranormal) sudah didatanginya untuk menyembuhkan penyakit aneh anaknya itu. ”Kalau makan disuapi, dan kegiatan lainnya dilakukan di ranjang,” terang Tarno yang kesehariaanya bekerja sebagai buruh tani.
Hanya Pasrah Keluarga hanya pasrah dengan keadaan Kodiron. Ketidakmampuan keluarga membuat Kodiron hanya diberi makan seadanya. Tapi, keluarga memiliki harapan agar Kodiron bisa normal layaknya pemuda lainnya.
Kodiron yang senang bercanda dengan tetangganya, selalu merasa kesakitan di sekujur tubuhnya. Dia sangat berharap hidupnya kembali normal. Dia ingin cepat sembuh. Harapan terdekatnya, ingin jalan-jalan bersama teman sebayanya. ”Saya ingin jalan-jalan lihat cewek,” katanya dengan tertawa lebar.
Kegembiraan Kodiron menutupi semua kelemahannya. Warga sekitar tak canggung untuk ngobrol dengannya. Bahkan, Kodiron kerap dimintai bantuan untuk menyelesaikan masalah. Sebab, menurut warga sekitar, Kodiron memiliki kelebihan layaknya paranormal.
Kepala Desa Simpur Jaenudin didampingi Kadus 1 Cengis, Tarjuki mengungkapkan, sejauh ini bantuan telah berdatangan untuk meringankan beban Kodiron. Namun, belum ada solusi untuk menyembuhkan penyakitnya
http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2010/04/26/107071/Selama-22-Tahun-Kodiron-Diikat-di-Ranjang
Kedua tangan dan kakinya terus bergerak tak karuan. Kaki kanan yang terus digesek-gesekan pada kaki kiri terpaksa diikat dengan tali pada ranjang. Begitu pula dengan kedua tangannya yang terus bergerak mencakar muka dan badannya. Sebuah kipas angin besar selalu menyala untuk mendinginkan keringat Kodiron yang selalu bercucuran.
Bau menyangat tak dapat dihindari, sebab segala kegiatan Kodiron dilakukan di ranjang yang diletakan di ruang tamu ,berdekatan dengan jendela rumah. Rumah sangat sederhana dengan berdinding anyaman bambu itu melengkapi penderitaan keluarga Tarno.
”Sudah sejak delapan bulan, Kodiron mengalami kejang-kejang. Kaki dan tangannya tidak mau berhenti bergerak. Saya sudah berusaha untuk menyembuhkan penyakit Kodiron, tapi Tuhan belum mengizinkan untuk sembuh,” kata Tarno yang mengaku sudah tidak mampu lagi membiayai anaknya berobat.
Tarno menceritakan, anak ketiga dari tiga bersaudara itu saat dilahirkan kelihatan normal. Namun pada usai delapan bulan, Kodiron mengalami penyakit panas. Kakinya lumpuh dan terus bergerak. Keluarga telah berusaha untuk mengobatkan Kodiron ke dokter. Bahkan, orang pintar (paranormal) sudah didatanginya untuk menyembuhkan penyakit aneh anaknya itu. ”Kalau makan disuapi, dan kegiatan lainnya dilakukan di ranjang,” terang Tarno yang kesehariaanya bekerja sebagai buruh tani.
Hanya Pasrah Keluarga hanya pasrah dengan keadaan Kodiron. Ketidakmampuan keluarga membuat Kodiron hanya diberi makan seadanya. Tapi, keluarga memiliki harapan agar Kodiron bisa normal layaknya pemuda lainnya.
Kodiron yang senang bercanda dengan tetangganya, selalu merasa kesakitan di sekujur tubuhnya. Dia sangat berharap hidupnya kembali normal. Dia ingin cepat sembuh. Harapan terdekatnya, ingin jalan-jalan bersama teman sebayanya. ”Saya ingin jalan-jalan lihat cewek,” katanya dengan tertawa lebar.
Kegembiraan Kodiron menutupi semua kelemahannya. Warga sekitar tak canggung untuk ngobrol dengannya. Bahkan, Kodiron kerap dimintai bantuan untuk menyelesaikan masalah. Sebab, menurut warga sekitar, Kodiron memiliki kelebihan layaknya paranormal.
Kepala Desa Simpur Jaenudin didampingi Kadus 1 Cengis, Tarjuki mengungkapkan, sejauh ini bantuan telah berdatangan untuk meringankan beban Kodiron. Namun, belum ada solusi untuk menyembuhkan penyakitnya
http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2010/04/26/107071/Selama-22-Tahun-Kodiron-Diikat-di-Ranjang
No comments:
Post a Comment