Sunday, March 28, 2010

Kisah Penjaga Kamar Mayat Sebuah Rintihan di Kamar Mayat


Sebuah rintihan memecah kesunyian malam di sebuah kamar mayat. Mang Uu, sang penjaga kamar mayat melompat bangun dari tidurnya. Dia berkeliling ruangan, namun sumber suara tidak ditemukan.

Itulah pengalaman pertama Uu saat baru seminggu bertugas menjaga ruang jenazah Rumah Sakit PMI Bogor, puluhan tahun lalu. Pria yang kini berusia 59 tahun ini, kini sudah tidak takut lagi menjalani tugasnya dengan profesional."Awal-awalnya takut. Tapi sekarang sudah biasa," kata Uu dalam perbincangan dengan
detikcom, Kamis (25/3/2010).

Sebelum menjadi penjaga kamar jenazah, Uu menjadi tukang parkir di rumah sakit tersebut. Namun karena Uu sering membantu petugas kamar mayat dalam proses penguburan mayat tak dikenal, akhirnya Uu diperbantukan ke kamar jenazah. Akhirnya, 10 tahun lalu, Uu diminta bekerja sepenuhnya di kamar jenazah sekaligus mengurus
kebersihannya.

Banyak pengalaman yang Uu dapatkan sebagai penjaga kamar jenazah. Uu harus tahan dengan berbagai kondisi mengenaskan pada jenazah, misalnya korban kecelakaan atau pembunuhan. Ada juga memang pengalaman seram seperti mendengar suara tangisan, rintihan, dan langkah-langkah kaki. Namun belum sekalipun dia melihat penampakan sosok gaib di kamar mayat. "Kalau cuma suara saja sih sering. Hampir setiap malam. Tapi sekarang saya mah
sudah biasa, sudah nggak takut lagi," ujar Uu.

Namun, Uu juga mengingatkan kalau masyarakat kerap hanya mengaitkan kamar jenazah dengan citra yang buruk dan seram-seram saja. Padahal menurut Uu, menjaga mayat juga adalah tugas kemanusiaan yang penting. Seorang penjaga kamar mayat harus bisa memastikan setiap jenazah yang datang bisa dijaga dengan baik segala kondisinya sampai pihak keluarga mengambilnya. Tidak jarang seorang penjaga kamar jenazah juga harus membantu menghibur keluarga yang berduka cita.

Tugas Uu mendadak menjadi ringan, karena sejak 8 bulan lalu, ruang pendingin untuk 12 jenazah di RS PMI Bogor rusak. Jenazah-jenazah korban kecelakaan, pembunuhan atau meninggal biasa di rumah sakit, tidak bisa berlama-lama di kamar jenazah RS PMI Bogor. Jenazah yang dibawa hanya yang sudah ditunggui keluarga. Jenazah yang belum ada keluarganya akan dibawa ke RSCM atau RS Polri Kramat Jati. Kalau tidak begitu, dikhawatirkan jenazah bisa membusuk karena tidak didinginkan. "Kalau ada keluarga, jenazah itu kan tidak lama-lama di ruangan ini. Paling hanya satu hari langsung dibawa pulang. Kalau yang tidak ada keluarganya, bisa berhari-hari nanti dan akan membusuk di sini karena tidak ada pendinginnya," jelas Uu.

Uu menjalani pekerjaanya dengan penuh dedikasi dan ucap syukur. Uu tahu, pekerjaannya bahkan cenderung tidak dilirik masyarakat umum. Siapa sih yang mau bekerja menunggui jenazah. Namun, bagi pria kelahiran Bogor tersebut, bekerja di kamar jenazah memberikan penghasilan yang lebih baik dibanding saat ia masih menjadi tukang parkir. Uu tidak menjelaskan berapa gajinya. Namun dia mengaku penghasilannya cukup untuk kebutuhan sehari-hari, walaupun rumahnya masih mengontrak. "Kami tetap bersyukur. Sebab keluarga saya masih bisa makan dan anak-anak bisa sekolah. Apalagi anak-anak saya sekarang sudah bekerja semua," pungkasnya.
http://www.detiknews.com/read/2010/03/25/170120/1325506/159/sebuah-rintihan-di-kamar-mayat

No comments:

Post a Comment