Wednesday, March 24, 2010

Jual Undur-undur, Ernawati Sekolahkan Anaknya S-2

Selasa (23/2/2010) sore di tengah gerimis, Ernawati (40) mulai membereskan dagangannya. Sekotak plastik yang diisi pasir, tempat undur-undur dagangannya disimpan, ditutupnya rapat-rapat. "Supaya enggak kena air hujan, Mbak, kalau kena air, bisa mati," kata Ernawati yang ditemui di pasar burung Jatinegara, Jakarta Timur.

Ernawati dan suaminya menjual undur-undur, sejenis serangga yang hidup di pasir, sejak enam tahun lalu. Sebelumnya, dia hanya menjual jangkrik sejak 25 tahun lalu. Memang kedengarannya remeh dan ganjil, berprofesi sebagai penjual serangga. Tapi, jangan salah, dari berdagang serangga sehari-hari di pasar burung Jatinegara, Ernawati berhasil menyekolahkan anak bungsunya hingga jenjang pendidikan S-2 di salah satu perguruan tinggi swasta.

"Itu anak saya, dia mau berangkat kuliah, kemaren S-1-nya sudah lulus, sekarang lagi S-2," katanya dengan bangga sembari menunjuk anaknya yang sedang berbincang dengan sang suami. Setiap hari, Ernawati dan suaminya memarkir gerobak berisi serangga milik mereka di pinggir jalan pasar burung. "Ya, kalau lagi ada petugas kamtib, kami lari, kabur Mbak, enggak tahu jualan di mana," katanya.

Undur-undur yang dijualnya, menurut Ernawati, banyak dicari pembeli untuk obat berbagai penyakit. Seekor undur-undur dijualnya dengan harga Rp 300-Rp 1.000. "Tergantung lagi banyak apa enggak, tergantung yang beli bawel apa enggak, Mbak," katanya.

Untungnya, kata Ernawati, setiap hari selalu ada pembeli yang memborong undur-undur hingga ratusan ribu rupiah. Undur-undur tersebut, kata Ernawati, dia dapatkan dari pemasok undur-undur di Jawa Tengah yang secara rutin mengirimkan undur-undur kepada Ernawati. Ketika ditanya mengapa tidak mencari undur-undur sendiri atau membeli dari pemasok di Jakarta, Ernawati menjawab, "Jangan Mbak, kasihan nanti yang di Jawa, kan sudah langganan dari dulu, kasihan."

Tak lama berbincang-bincang, Ernawati selesai membereskan dagangannya. Suaminya mengajak dia pulang karena gerimis mulai deras. "Yuk, Mbak, pulang dulu, mampir ke rumah yuk, dekat dari pasar, lurus belok kanan, di Jalan Mede," ajak Ernawati si penjual undur-undur yang ramah itu. kompas.com

No comments:

Post a Comment