Sunday, March 7, 2010

Teroris di Aceh dari Jateng dan DIY

Mabes Polri hingga kini masih memeriksa 13 tersangka teroris yang disergap dan ditangkap di Aceh Besar, Nanggroe Aceh Darussalam. Menurut sebuah sumber, teroris yang tertangkap itu di antaranya berasal dari Jateng dan DIY.

Dalam penyergapan tersebut, dua teroris tewas, sementara tiga polisi gugur. ‘’Pemeriksaan sampai saat ini masih berlangsung,’’ ujar Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Mabes Polri Inspektur Jendral Edward Aritonang, di Jakarta, semalam.

Namun dia belum mengungkapkan identitas lengkap para tersangka tersebut, termasuk apakah ada yang berasal dari Jawa Tengah. Dari tangan mereka, polisi setidaknya menyita empat pucuk senjata laras panjang dan puluhan ribu peluru tajam. Tiga anggota polisi yang gugur saat bertugas, yakni Brigadir Dua Darmansyah, Brigadir Dua Hendrik Kusumo dan Brigadir Satu Boas Maosiri alias Boy yang merupakan anggota Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri.
Jenazah Boas, semalam tiba di Jakarta setelah diterbangkan dari Aceh. Dua anggota Polri lainnya yang menjadi korban sehari-harinya memang bertugas di Aceh. Boas gugur saat terjadi kontak senjata dengan kelompok teroris di Aceh Besar, Kamis lalu.

Terhalang medan yang sulit, jenazahnya baru ditemukan kemarin siang oleh Tim I Satuan Gegana dan Detasemen Khusus 88 Polri. Sementara itu, sebuah kelompok yang mengklaim dirinya sebagai Al-Qaedah, muncul di internet dan membuat pernyataan soal kegiatannya di Nanggroe Aceh Darussalam.

Di blog yang diberi judul “Tandzim Al-Qaedah Indonesia Serambi Makkah” ini, mereka menegaskan terus bertahan dari pengejaran. Mereka juga akan tetap melanjutkan jihad meski ada anggotanya yang tertangkap atau tewas.

Dalam blog alufuq.wordpress.com tersebut, postingan yang diaku dikirimkan Abu Saif Al Acehi, Divisi Media Tandzim Al-Qaedah Indonesia Serambi Makkah. Mereka mengaku merupakan kelompok yang beraksi di Aceh. Walaupun dalam blog itu dituliskan kelompok Al-Qaedah, namun Edward menyatakan sejauh ini pihaknya tidak menemukan adanya keterlibatan kelompok lain. ‘’Keterlibatan atau merupakan jaringan dengan kelompok di Aceh masih kita cek. Siapa yang buat blog itu, apakah serius atau sekedar iseng,’’ ujarnya.

Meski demikian Polri tetap menyelidiki lebih dalam mengenai kelompok teroris tersebut, dan mengejar anggota lain yang belum tertangkap. Menanggapi postingan dalam blog yang diaku dikirimkan kelompok Al-Qaedah Aceh, pengamat intelejen Soeripto mengatakan, ‘’Kalau pendapat saya, lebih cenderung disusupi intelijen asing dan agendanya mendorong separatisme di Aceh hidup kembali.’’

Munculnya pengakuan itu harus didalami, sebab menurutnya banyak gerakan terorisme yang sejatinya disusupi kepentingan asing, seperti yang terjadi di Somalia dan Yaman.

Ditanya kaitannya dengan kelompok Noordin M Top, Soeripto mengatakan bisa saja. Masalahnya, kedudukan pasti Noordin dalam jaringan teroris tidak dapat dipastikan karena yang bersangkutan telah tewas.

Pengamat teroris Mardigu Wowiek Prasantyo menilai, kelompok Al-Qaedah terkait terorisme di Nanggroe Aceh Darussalam diduga benar-benar ada. Al-Qaedah akan menjadikan Aceh sebagai kamp pelatihan, seperti di Mindanao, Filipina. “Sangat ada (situs Al-Qaedah),” kata dia.

Dikatakan dia, gerakan terorisme telah mengincar Aceh sebagai basis pelatihan, setelah gerakan tersebut gagal di Ambon dan Poso. “Modelnya persis Mindanao, MLF, membangun base pelatihan dan persenjataan. Aceh akan di-Mindanao-kan,” ujar dia.

Selain itu, kata Mardigu, teroris kini berkomunikasi melalui internet. “Mereka bermain lebih besar lagi. Tidak menggunakan telepon karena mudah dilacak. Mereka berkomunikasi lewat internet portable. Jadi, situs itu benar ada,” kata Mardigu.

Menurut dia, gerakan terorisme via internet sulit diantisipasi. “Susah juga mengantisipasinya, seperti cyber crime, bergerak terus,” ujar pria yang juga psikolog hipnoterapi ini.
Kedatangan Obama Munculnya blog yang mengklaim kegiatan terorisme di Aceh terkait Al-Qaedah kemungkinan terkait kunjungan Presiden AS Barack Obama dalam waktu dekat. Ada pihak yang sengaja membuat kesan keamanan Indonesia tidak terjamin.
“Gangguan stabilitas nasional dimunculkan sebagai upaya menggagalkan kedatangan Obama,” ujar pengamat intelejen, Wawan H Purwanto, di sela silaturahmi Poros Wartawan Jakarta (PWJ) bertajuk ‘Pers di era Pemerintahan SBY-Boediono’ di Puncak, Bogor, Jawa Barat, Sabtu (6/3).

Menurut Wawan, kehadiran Obama memang menimbulkan pro dan kontra terkait kebijakan politik AS di sejumlah negara yang berpenduduk mayoritas muslim. Tapi ini merupakan hal yang wajar saja dalam berdemokrasi.

Mengenai pihak mana yang mencoba memperkeruh suasana dengan dengan memunculkan situs berisi testimoni tersebut, Wawan mengaku belum bisa mengetahui pasti. “Tapi yang pasti intelejen. Siapa itu yang kita tidak ketahui,” jelasnya.

Mengenai 13 teroris yang sudah ditangkap di NAD, Wawan mengatakan belum tentu terkait jaringan Noordin M Top. Alasannya nama-nama yang muncul adalah nama baru. “Belum terlihat ada kaitan, karena yang muncul nama-nama baru,” imbuhnya.

Sepanjang Sabtu kemarin, Densus 88 Antiteror Mabes Polri bersama Brimob Polda Nanggroe Aceh Darussalam kembali melakukan pengejaran terhadap 20 teroris yang masih bersembunyi di Kemukiman Lamkabue Kecamatan Seulimuem Kabupaten Aceh Besar. Pasukan mulai turun dari lokasi sekitar pukul 14.00 WIB setelah pukul 12.20 WIB oleh beberapa unit ambulans mengevakuasi korban tembak
http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2010/03/07/101311/Teroris-di-Aceh-dari-Jateng

No comments:

Post a Comment