Mahasiswi Universitas Nusantara PGRI (UNP) Kediri, Santi Prasetia, 22, diduga kuat bunuh diri terjun bebas dari jembatan Kali Brantas, Kelurahan Bandarngalim, Kecamatan Mojoroto, Kota Kediri. Dalam sekejap, tubuh mahasiswi berjilbab itu lenyap ditelan arus sungai.
Hingga Sabtu (3/4), keluarga korban di Desa Tekenlor, Kecamatan Loceret, Nganjuk, masih terus memastikan nasib mahasiswi cantik ini. Anggota keluarga lain belum yakin bahwa Santi nekat terjun bebas dari jembatan Kali Brantas, Kamis (1/4) lalu. Kalaupun sudah meninggal, keluarga Santi ingin memastikan dengan menemukan jasadnya.
Orangtua korban, Syafi ’i dan Suwarni hingga kemarin sore masih shock. Mereka memilih menutup diri. Meski begitu, anggota ke luarga terus mencari keberadaan Santi. “Zul (kakak Santi) tadi mencari kabar di Kediri. Kami membenarkan bahwa sepeda jengki (Phoenix merah) yang digeletakkan di dekat Kali Brantas adalah milik Santi,” kata Yatemi, bibi Santi saat ditemui Surya.
Dugaan kuat, mahasiswi semester enam jurusan Matematika tersebut nekat terjun bebas dari jembatan Sungai Brantas karena putus cinta. Patah hati karena cinta ini tercermin melalui komunikasi terakhirnya di situs jejaring social Facebook. “The end. Times is over, you lose…” Demikian salah satu kutipan kalimat di akun Facebook Santi yang ditulis pada Rabu (31/3) pukul 14.42 WIB melalui ponsel.
Kalimat ini langsung ditanggapi Ririn, temannya, “maksudnya ini apa ndok… ” Tidak hanya itu, Santi juga menulis, “…Hati’q rapuh…trauma mendera’q”. Oleh sang pacar, Fathur DearEst dibalas: “itu cuma sementara….aq janjiii”. Terasa kalimatnya bernada sedih dan kecewa. Mahasiswi yang menulis profilnya bernama Santi Dearest itu mengaku berpacaran dengan Fathur Dearest.
Indikasi lain yang menguatkan bahwa Santi bunuh diri adalah keterangan keluarga Santi di Tekenlor yang mengatakan bahwa Santi sempat bertengkar dengan keluarganya. Ini terjadi beberapa hari lalu. Menurut Yatemi beberapa hari lalu ada pemuda datang ke rumah untuk melamar Santi. Tidak jelas apakah Fathur atau pemuda lain. Namun, oleh keluarga lamaran itu tidak diterima. Orangtua Santi mengatakan bahwa anaknya harus lulus kuliah dulu sebelum menikah.
“Biarlah kuliahnya selesai dulu,” kata Siti, bibi Santi yang lain, memberi penjelasan dengan menirukan apa yang disampaikan orangtua Santi. Penolakan lamaran inilah yang membuat Santi kecewa. Setelah itu, Rabu (31/3) tiba-tiba Santi menelepon ibunya kalau bermimpi buruk. Orangtuanya pun merespon dengan membuatkan bubur atau jenang sengkolo. Mereka berharap Santi terbebas dari mara bahaya. Namun, keluarga mulai panik setelah Santi tidak pulang, Jumat (2/4). Sampai akhirnya, mereka mendapat kabar bahwa polisi menemukan sepeda jengki milik Santi.
Sepeda ini dibawa Santi dari Nganjuk untuk keperluan kuliah. Biar tidak jalan kaki dari tempat kos. “Anaknya pintar. Kalau kembali ke kampus tidak malu bawa beras,” cerita Siti.
Sementara itu, ayah dan ibu Santi enggan menemui wartawan. Syafi ’i hanya duduk shock di ruang tamu dekat tokonya. Beberapa kerabat menjelaskan bahwa keluarga masih akan memastikan dulu keberadaan Santi. “Sudah Mas, suasana belum mendukung,” kata salah satu kerabat.
Sampai kemarin petang, Polsek Mojoroto masih menyisir Kali Brantas. Sementara keluarga Santi juga terus mencari di setiap rumah sakit. Kapolsekta Mojoroto, AKP Budi Narianto menegaskan pihaknya telah menyebar anggotanya ikut mencari Santi. “Awalnya kita temukan sepeda,” katanya. Motif bunuh diri Santi masih menjadi misteri. Namun berdasarkan sejumlah informasi dari kalangan kampus IKIP PGRI (sekarang Universitas Nusantara Kediri), ada indikasi berlatar belakang asmara.
Kabar bahwa Santi bunuh diri menyebar setelah ada laporan seorang gadis berjilbab terjun bebas dari Jembatan Lama Kali Brantas di Kelurahan Bandar, Kecamatan Mojoroto, Kota Kediri, Kamis (1/4) menjelang magrib. Awalnya tidak jelas, kenapa perempuan berjilbab menceburkan diri ke Sungai Brantas yang memiliki kedalaman lebih 5 meter. Tubuh perempuan berjilbab tersebut langsung lenyap ditelan arus Brantas yang deras. Kebetulan, saat ini debit air besar akibat kiriman banjir dari sungai- sungai kecil.
Menurut seorang pemilik warung di Pasar Bandar, Wagiyo, 50, ia melihat dari kajauhan saat gadis itu lalu lalang di atas jembatan. “Ada sekitar sepuluh menit, perempuan berjilbab hitam dan berbaju cokelat itu mondar- mandir di atas ketinggian jembatan. Sesekali, perempuan itu menjulurkan kepala hingga ke bawah jembatan. Saya lihat perempuan itu setelah menaruh sepeda onthel-nya di warung saya,” kata Wagiyo.
Saat itu sekitar pukul 17.00 WIB, warung Wagiyo yang mulai sepi kedatangan perempuan berjilbab. Namun, karena perempuan ini tidak memesan makanan dan tetap berada di luar, Wagiyo tak terlalu memerhatikan. Tiba-tiba, perempuan itu turun dan menuntun sepedanya melewati warung Wagiyo. Sepeda jengki Phoenix berwarna merah kemudian digeletakkan di pinggir warung. “Sekilas, gadis itu berkulit sawo matang,” tambah Wagiyo.
Warung Wagiyo berada di sisi barat jembatan selebar 6 meter dan panjang sekitar 150 meter tersebut. Setelah meletakkan sepeda onthel-nya, gadis yang tampak linglung itu berjalan dari barat ke timur. Begitu terus, tampak dia sendirian mondar- mandir. Sesekali, cewek itu terlihat memegangi pagar batas jembatan sisi selatan. Diduga, saat situasi dan lalu lintas sepi menjelang Magrib, perempuan itu menceburkan diri.
http://www.surya.co.id/2010/04/04/mahasiswi-cantik-berjilbab-lenyap-di-sungai-brantas.html
No comments:
Post a Comment