Friday, April 16, 2010

Ada Bau Amerika di Balik Penggusuran Makam Mbah Priok?

Tiga orang tewas, ratusan orang terluka, puluhan kendaraan dibakar dalam bentrokan berdarah antara ribuan warga dan aparat Sat Pol PP dibantu polisi di Koja Jakarta Utara, Rabu (14/4/2010), yang dipicu rencana penggusuran Makam Mbah Priok.

Mengapa pemerintah dan Pelindo II begitu getol untuk menggusur makam kramat yang terletak persis di mulut terminal peti kemas itu?

Tulisan yang dimuat di situs resmi Departemen Perhubungan ini mungkin bisa jadi jawabannya. Situs resmi milik Departemen Perhubungan ini memuat tulisan berjudul “Makam yang Mengubur Standar Keamanan” dengan sub judulnya Melongok implementasi International Ship and Port Facility Security (ISPS) Code di TPK Koja.

Diceritakan dalam tulisan itu, pada 24 Agustus 2007 lalu United States Coast Guard (USCG) berkunjung ke PT Terminal Peti Kemas Koja. Agendanya adalah memberi penilaian apakah PT Terminal Peti Kemas (TPK) Koja bisa masuk dalam kategori fasilitas terminal pelabuhan di Indonesia yang sudah mengimplementasikan standar ISPS Code secara penuh. International

Saat itu mereka melihat gejala yang aneh. Hari itu jalur masuk ke TPK Koja sedang didatangi ratusan orang. Mereka tak lain adalah para jamaah yang sedang melakukan “haul” (peringatan) terhadap leluhur, dengan mengunjungi makam seorang habib di sekitar TPK Koja tersebut, yang menurut sementara pihak adalah pembawa Islam pertama ke Jakarta.

“Ternyata kedatangan ratusan orang tersebut menjadi gangguan dalam penilaian. Paling tidak, mulai akses pintu masuk ke pintu makam yang letaknya hanya beberapa puluh meter dari pintu TPK Koja yang merupakan Lini I (satu) yang cukup vital. Karena itu, terbitlah hasil assessment visit USCG bahwa TPK Koja dimasukkan ke dalam kategori Facilities Not Significantly Implementing The ISPS Code oleh US Coast Guard,” begitu isi lengkap satu paragraf di tulisan itu.

Apa itu ISPS Code? Dalam literatur yang Tribunnews.com temukan, ISPS adalah hasil keputusan dari Konvensi Keamanan Laut Internasional 1974/1988. Intinya memberikan standar pengamanan minimum atas kapal, pelabuhan, serta beberapa hal yang terkait dengan lembaga pemerintah.

US Coast Guard ditunjuk untuk memimpin Organisasi Maritim Internasional yang merupakan lembaga untuk mengadvokasi penegakan dari aturan ini.

Alhasil sampai hari ini, TPK Koja tak berstandar ISPS Code secara penuh.

Tak Aman
Betulkah TPK Koja tak aman? Memang, buktinya ratusan orang terluka dan tiga orang ditemukan tewas terkapar di antara tumpukan jejeran peti kemas.

Atas “ketakamanan” ini, Presiden SBY pun bereaksi. “Jangan adalagi cara-cara seperti ini dalam penyelesaian kasus serupa di mana pun, tempuhlah jalan persuasif,” katanya. Kita tunggu!

Tiga nyawa sudah jatuh dalam peristiwa ini. Usai bentrok berdarah ini, Wagub DKI Jakarta Prijanto berkilah, “Kami bukan menggusur, cuma ingin mempercantik areal pemakaman itu. Apalagi jasad Mbah Priok juga sudah sejak lama dipindahkan ke TPU Semper sejak 1997 lalu,” katanya.

Prijanto berdalih, mobilisasi ratusan anggota Sat Pol PP dan alat beratnya ke lokasi adalah upaya untuk menegakkan hak rakyat. “Pelindo II secara sah ditentukan pengadilan sebagai pemilik lahan itu,” katanya.
http://www.surya.co.id/2010/04/15/ada-bau-amerika-di-balik-penggusuran-makam-mbah-priok.html

No comments:

Post a Comment