Tuesday, April 13, 2010

Pembunuh Polisi Diduga Teroris

Pelaku penembakan yang menewaskan tiga anggota Polri di Kebumen dan Purworejo diperkirakan orang yang ingin membuat teror dengan sasaran aparat kepolisian. Muncul dugaan, pelaku adalah kelompok teroris yang menaruh dendam menyusul tewasnya sejumlah tersangka kasus terorisme seperti Ibrahim, Noordin M Top, dan Dulmatin.

Dugaan itu diperkuat hasil penyidikan terhadap kelompok teroris yang ditangkap di Aceh, yang menyebutkan akan ada rencana aksi teror lanjutan. Sasarannya tak hanya gedung atau warga asing, tapi anggota Polri.

Ditengarai, penembakan anggota korps Bhayangkara itu merupakan ”pesan” dari pelaku, yang ingin memunculkan opini bahwa kondisi wilayah atau negara sudah tidak aman lagi.

Kepala Divisi Humas Mabes Polri, Irjen Edward Aritonang secara implisit membenarkan dugaan itu. Menurut dia, pelaku diduga kelompok yang merasa aktivitasnya terganggu oleh polisi. Namun, Edward tak menyebut secara gamblang kelompok dimaksud.

”Kelompok mana belum bisa dipaparkan. Dugaan kami, dilakukan oleh kelompok yang memang ada kepentingan untuk melakukan tindakan terhadap kepolisian yang dianggap mengganggu aktivitas mereka,” jelas Edward di Mabes Polri, kemarin.

Dugaan tersebut juga diperkuat dengan sejumlah kesamaan dalam dua kejadian itu. Dari sisi modus, pelaku mengincar polisi yang sedang piket. Diduga kuat pelaku sudah merencanakan aksinya secara matang sehingga tak banyak meninggalkan barang bukti. Kemungkinan mereka terlebih dulu melakukan survei untuk mencari sasaran.

Kesamaan lain yakni waktu kejadian, sama-sama dini hari. Penembakan Briptu Iwan Eko Nugroho (29) dan Bripka Wagino (50) di Pospol Kentengrejo, Purworejo, diperkirakan terjadi sekitar pukul 02.30. Adapun kasus di Polsek Prembun, Kebumen yang menewaskan Briptu Yona Anton (29) pada 15 Maret, juga diperkirakan terjadi di atas pukul 02.00. Adapun lokasi yang dipilih yakni kantor polisi yang berada di pinggiran kota, jauh dari keramaian. Senjata yang digunakan dalam dua peristiwa itu juga ada kemiripan.

Kapolda Jateng Irjen Alex Bambang Riatmodjo melalui Kabid Humas Kombes Djoko Erwanto mengatakan, Briptu Iwan Eko Nugroho dan Bripka Wagino tewas akibat tembakan dari senjata laras pendek (pistol). Masing-masing mengalami dua luka tembak di perut dan dada.

“Kemungkinan besar keduanya ditembak saat sedang tidur. Kami memaklumi, jam segitu (sekitar pukul 02.30) kondisinya sepi. Orang juga sedang lelap-lelapnya tidur,” ungkap Kabid Humas di Mapolda Jateng, Senin (12/4).

Dijelaskannya, penyidik masih bekerja keras untuk mengungkap dua kasus tersebut. Pendalaman penyelidikan dilakukan secara intensif untuk mengungkap latar belakang masalah dan barang bukti yang ditemukan di lokasi seperti proyektil.

“Kami masih terus mendalami kasusnya secara keseluruhan, baik kronologi mulai korban berangkat ke TKP (tempat kejadian perkara), suasana TKP, dan barang-barang yang ditemukan, sampai motif penembakan. Mudah-mudahan dalam waktu dekat ada titik terang,” ungkap Djoko.

Menurutnya, ada beberapa kendala dalam kasus tersebut, seperti tidak ada satu pun saksi yang mengetahui penembakan. Suasana sepi dan lokasi jauh dari permukiman. Dalam penembakan di Purworejo, saat kejadian hanya kedua korban yang sedang piket.

Kendati demikian, daerah sekitar selama ini dianggap tidak rawan kriminalitas. Petugas di pospol tersebut lebih konsentrasi pada kejadian kecelakaan lalu lintas. “Sebab, pos polisi tersebut berada di jalan baru yang dijadikan jalur alternatif, baik ke arah Yogjakarta maupun Solo.”

Sebagai langkah antisipasi agar kasus serupa tidak terjadi, kapolda memerintahkan seluruh anggotanya agar lebih waspada dalam menjalankan tugas, khususnya yang piket malam. Kedua peristiwa itu dinilai bukan aksi kriminal biasa, sebab tidak ada barang yang hilang.

Dendam

Dari Kebumen dilaporkan, muncul dugaan lain terkait penembakan Briptu Anton, yakni motif dendam atau cemburu. Salah seorang teman Anton yang mengetahui persis lika-liku kehidupan korban menyebutkan, Anton memiliki teman wanita di Gombong, Kebumen. Wanita itu ternyata teman kencan salah satu anggota Polsek Prembun. Orang tersebut sepiket dengan Anton. Pada saat Anton tertembak, petugas yang piket yakni Bripka Drajat, Briptu Nanang, dan Briptu Arif.

Polsek Prembun juga baru saja menggagalkan transaksi narkoba di Terminal Baru, Prembun pada Februari lalu. Kabarnya, transaksi tersebut melibatkan oknum aparat TNI. “Kejadiannya (penggagalan transaksi narkoba-Red) pada Februari lalu,” kata Kades Kabekelan, Heru Supriyanto didampingi Sekdes Bambang Utoyo, kemarin.

Heru mengatakan, setelah penggagalan transaksi narkoba itu, pihaknya tidak menerima perkembangan informasi lebih lanjut, sampai muncul kabar Anton tewas ditembak.

Sementara itu, kekasih Briptu Iwan, Agnes Lutfianingrum (20), warga RT 5 RW 2, Desa Bubutan, Purwodadi, Purworejo menuturkan, Iwan menjemputnya di Yogyakarta hari Jumat sebelum kejadian.

Ketika itu dia melihat wajah Iwan pucat seperti kelelahan. Jumat malam ketika hendak berangkat piket, dia mampir ke rumah Agnes. ”Mengko nek aku tekan pos tak SMS, Nduk (nanti kalau sampai pos saya SMS, Dik),” kata Agnes menirukan ucapan Iwan ketika itu.

Malam sebelum pukul 21.00 Agnes mengirim SMS untuk menanyakan apakah Iwan sudah tidur. Ketika itu dijawab belum tidur karena sedang menonton televisi di kantor. Pukul 21.00 Agnes SMS lagi, menanyakan hal yang sama. SMS tersebut, kata Agnes, baru dijawab sekitar pukul 22.00.

”Sory yo Nduk le mbales SMS suwe soale nembe ngecek kecelakaan, tapi wonge wis ora ana (Maaf ya Dik balasan SMS lama karena baru saja mengecek kecelakaan, tetapi orangnya sudah tidak ada),” balas Iwan.
Sekitar pukul 01.00 Agnes mengirim SMS lagi, tetapi tidak ada jawaban. Janji untuk pulang pukul 07.00 juga tidak ditepati. Sebelumnya, Iwan berpesan kepada Agnes agar membuka toko sekitar pukul 07.00 dan dia berjanji akan menemuinya.

Merasa curiga, akhirnya Sabtu (10/4) sekitar pukul 08.30 Agnes menelepon Iwan. Panggilan telepon bisa masuk, tetapi tidak diangkat. Tanpa dinyana, sekitar pukul 09.15 dia mendapat SMS dari saudara sepupu Iwan yang mengabarkan bahwa Iwan meninggal.

Dia semula tidak percaya calon suaminya meninggal dengan cara menyedihkan. Apalagi selama ini korban tidak pernah mengeluh ada masalah. Agnes yang didampingi ibunya, Ririn Indarti (40), berharap pelaku penembakan segera ditangkap.

Anggota Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) Novel Ali mengatakan, penembakan polisi yang sedang piket merupakan bukti fenomena gunung es konflik Polri dengan pihak lain. ”Saya sangat menyayangkan kasus itu, karena merefleksikan kegagalan Polri membangun supremasi hukum di satu sisi, dan meniadakan supremasi kekuasaan serta kekerasan di sisi lain,” ujarnya,
http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2010/04/13/105511/Pembunuh-Polisi-Diduga-Teroris-

No comments:

Post a Comment