Friday, April 16, 2010

Kisah Penembakan 11 Pekerja di Puncak Jaya

Paingot Sirait masih terbaring lemah di ruang ICU Rumah Sakit Dok II Jayapura. Pria berusia 30 tahun itu menjadi korban penembakan dari puluhan anggota gerombolan bersenjata tak dikenal di Distrik Mewoluk Kabupaten Puncak Jaya Papua, Selasa lalu. Dia baru saja menjalani operasi untuk mengelurkan proyektil yang bersarang di tubuhnya.

Ketika VIVAnews mencoba menanyakan detik-detik penembakan yang menewaskan tiga rekan kerjanya, dan bagaimana ia berhasil menyelamatkan diri dari aksi brutal itu, Paingot menjawab dengan terbata-bata.

Saat itu, seperti hari-hari sebelumnya, Paingot dan 10 rekan kerjanya menuju lokasi proyek pembangunan jalan di distrik Mewoluk. Mereka berangkat dari camp PT Modern di Kota Mulia. Saat itu Paingot yang bertindak sebagai pengawas lapangan proyek (mandor), memimpin rombongan dengan mengendarai mobil Mitsubshi L 200. Rekannya yang lain membawa dua truk, satu buldoser dan satu unit eksavator.

Jarak Mulia dengan lokasi proyek di distrik Mewoluk 8 KM. “Waktu itu mobil yang saya kendarai di depan, sementara alat berat dan truk mengikuti,’’ tutur dia dengan suara lirih.

Kondisi jalan yang terjal, serta jurang dan hutan di samping kanan-kiri, membuat perjalanan cukup memakan waktu. Di tengah perjalanan, tiba-tiba sekitar enam orang menghentikan rombongan pekerja dengan cara berdiri tepat ditengah jalan.

Mereka terlihat keluar dari jurang. Lantas keenamnya meminta Paingot dan pekerja lainnya turun dari kendaraan mereka. Paingot sama sekali tidak curiga, karena beberapa di antara keenam orang itu dia kenal. Mereka sempat menjadi pekerja lepas harian di proyek yang dikerjakannya.

Bahkan karena sudah saling kenal, Paingot sempat bertegur sapa dan bersalaman dengan mereka. “Sebagian mereka pernah ikut kerja saya, namun sudah beberapa minggu tidak masuk kerja,’’ katanya.

Setelah bertegur sapa dan juga menyalami semua pekerja, keenam orang itu menyuruh duduk. Mereka kemudian larut dalam obrolan. Namun dua orang dari keenam orang itu kembali masuk ke dalam jurang. “Kami sama sekali belum curiga,’’ ucapnya.

Tidak berapa lama kemudian, dua orang yang masuk jurang itu kembali. Ternyata di belakang mereka mengikuti puluhan rekan-rekannya. Ada yang membawa senjata api, panah, dan kampak. “Saat kedua orang itu muncul dengan puluhan rekannya bersenjata lengkap, saya sudah curiga. Namun masih berupaya untuk tenang,’’ ujarnya.

Lalu, secara membabi buta, mereka yang memegang senjata api langsung menembaki dalam jarak dekat. Saat itu pekerja yang duduk bergerombol berupaya berhamburan menyelamatkan diri menghindari tembakan. Tapi, naas tiga orang tertembak dan tewas di tempat.

Sementara Paingot, meski tertembak di bagian perut, lengan kiri, dan paha kiri, berupaya menyelamatkan diri dengan cara melompat ke dalam jurang. “Saat meloncat, pelaku masih berupaya menembak saya lagi. Namun, karena rekan-rekan saya juga berupaya lari, pelaku tiba-tiba mengarahkan senjatanya ke rekan saya, sehingga saya terhindar dari tembakan lanjutan,’’ ungkapnya.

Setelah jatuh di jurang dan tersangkut pohon, Paingot mengaku tidak sadarkan diri akibat pendarahan di tubuh. Ia baru sadar, setelah aparat keamanan berhasil menyelamatkan dan mengevakuasi ke RS Mulia. "Beruntung para pelaku tidak mencari saya, mungkin dikira saya sudah tewas,’’ katanya.

Senjata yag digunakan para pelaku yang sempat terlihat adalah AK China dan M16. Ayah satu anak berumur 1 bulan ini mengatakan, hingga saat ini masih trauma mengingat peristiwa itu. Apalagi tiga rekannya tewas.

“Kejadian itu masih terus terngiang-ngiang. Saya bersyukur ternyata sebagian lagi rekan berhasil selamat,’’ ucapnya.

Paingot menyatakan, sudah lima tahun bekerja di proyek PT Modern di Puncak Jaya. Namun baru kali ini ia mengalami peristiwa penyerangan dan penembakan.

Sementara itu Kapolres Puncak Jaya AKBP Alex Korwa yang dikonfirmasi via telepon selulernya mengatakan, bahwa senjata jenis AK China yang digunakan para pelaku adalah milik Brimob yang dirampas pada 2008 dari Pos Polisi di Tingginambut.

“Dari beberapa selongsong yang kami temukan di TKP, jelas senjata mereka selain M16 juga AK China. AK China selongsongannya pasti bengkok, dan ada beberapa jenis ini yang ditemukan di lokasi,’’ ucapnya.

Menurut dia, jumlah pelaku penembakan diperkirakan sekitar 20 orang. Setelah menembak, mereka kemudian mengkampak korban yang untuk memastikan mati. “Hasil olah TKP, tiga korban yang tewas, begitu ditembak langsung di kampak lagi,’’ tukasnya.

Setelah itu, para pelaku membakar seluruh kendaraan proyek, kemudian mereka kabur meninggalkan lokasi, dan kembali masuk hutan.

Kelompok bersenjata tak dikenal itu, kata Kapolres, kemungkinan mencoba mengalihkan perhatian. Pasalnya, sehari sebelum kejadian, mereka menembaki rombongan yang hendak menuju Tingginambut di barat Kota Mulia.

Meski tidak ada korban, anggota Brimob kemudian berupaya melakukan pencarian. Mengetahui hal itu, kelompok itu lalu beraksi di Distrik Mewoluk utara Kota Mulia. “Sehari sebelumnya anggota kami terlibat baku tembak dengan mereka di Tingginambut. Nah setelah itu dilakukan pencarian, lalu mereka mencoba memecah konsentrasi dengan beraksi di Mewoluk,’’ imbuhnya. http://nasional.vivanews.com/news/read/144418-kisah_penembakan_11_pekerja_di_puncak_jaya

No comments:

Post a Comment