Sunday, April 25, 2010

Ke Pondok Pesantren Aurat Jupe Disindir

Maraknya pro kontra di masyarakat tak membuat artis panas Julia Perez (Jupe) menghentikan keinginannya untuk menjadi calon wakil bupati Pacitan. Seolah menunjukkan keseriusannya ikut pemilihan kepala daerah (pilkada), Jupe pun mengunjungi Pacitan, Sabtu (24/4).

Di daerah kelahiran Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tersebut, artis yang dicalonkan koalisi 8 partai, ini mendatangi sejumlah tempat, antara lain, ke Pondok Pesantren (Ponpes) Al Fattah di kawasan Kikil, Arjosari, kemudian ke pasar dan stadion di daerah tersebut.

Saat mengunjungi Ponpes Al Fattah, kekasih pemain bola Gaston Castano itu tampil lain dari biasanya. Begitu turun dari mobil yang ditumpanginya, artis bernama asli Yulia Rachmawati itu memakai kerudung hitam. Ia mengenakan dress lengan panjang warna abu-abu dengan bagian dada yang tertutup.

Sebelumnya, saat memasuki kawasan Pacitan, Jupe disambut pendukungnya dari Partai Hanura, partai yang memimpin koalisi 8 partai yang siap mengusung Jupe dalam Pilkada Pacitan mendatang.

Sedikitnya ada 10 sepeda motor mengiringi mobil Jupe menuju Ponpes Al Fattah. Di ponpes yang terletak di kawasan Kikil, Arjosari, itu Jupe disambut sejumlah pengurus dan pengasuh ponpes. Kemudian dilanjutkan pertemuan Jupe dengan Pimpinan Pondok Ponpes Al Fattah, KH Muhammad Burhanudin dan pengurus lainnya.

Pada kesempatan itulah, artis pelantun lagu dangdut `Belah Duren` itu mendapat wejangan dari KH Muhammad Burhanuddin. Yang menjadi sentilan kiai, terutama kebiasaan Jupe selama ini yang tampil seksi dan mengumbar auratnya.

“Kita menyampaikan tradisi di agama kita bahwa sebagai muslim harus memakai pakaian sempurna. Kita meminta agar penampilan dia berubah, lebih Islami dan agung, karena kan tidak akan menjatuhkan dia juga,” kata KH Muhammad Burhanuddin.

Mendapat wejangan seperti itu, Jupe mengangguk-angguk. Bintang film Beranak Dalam Kubur itu kemudian meminta doa restu agar bisa mengubah penampilannya.

“Dia (Jupe) bertanya bagaimana berbuat kebaikan dan hidup yang bermanfaat. Jadi, tidak ada pembicaraan ke arah politik,” jelas KH Muhammad Burhanuddin.

Jupe sendiri menegaskan kedatangannya ke Ponpes Al Fattah adalah ingin bersilaturahmi dan meminta nasihat, bukan untuk kampanye. Artis berusia 29 tahun itu kemudian berdialog dengan sejumlah santri perempuan di ponpes tersebut.

“Saya lahir di Jakarta, tetapi ibu saya campuran Garut dan Madiun. Jadi, saya ini sebenarnya gado-gado,” kata Jupe mengawali perkenalannya.

Ia bermaksud menegaskan bahwa dirinya juga berdarah Jawa Timur. Dalam dialog tersebut, Jupe sempat ditanya motivasinya menjadi wakil bupati Pacitan.

Namun, Jupe menolak menjawab pertanyaan itu karena khawatir dituding kampanye sebelum waktunya. “Nanti jadi kampanye terselubung. Pokoknya niat saya di sini hanya untuk silaturahmi,” ujar Jupe di depan 50-an santri yang memenuhi aula ponpes.

Beragam pertanyaan diajukan ke Jupe, mulai soal niatnya mencalonkan diri, suksesnya di bidang keartisan, hingga kesannya terhadap Pacitan.

Ketika dihubungi Surya, Sabtu malam, terutama terkait wejangan kiai tersebut, Jupe menegaskan bahwa menutup bagian tubuhnya bukanlah masalah besar. “

” Dalam agama itu kan memang sudah ada aturannya, jadi nggak masalah. Dan sebagai perempuan, saya pasti mendukung keinginan yang dimaksudkan untuk menjunjung nilai moral itu,” begitu ujarnya.

Untuk memenuhi keinginan tersebut, bintang film Naga Bonar Jadi 2 ini minta dukungan seluruh masyarakat agar dia bisa menjalankan kaidah agama dalam setiap langkahnya. “Saya minta doa restu agar bisa merubah penampilan jadi lebih baik,” harap Jupe.

Makan Tiwul
Selain ke Ponpes Al Fattah, Jupe juga mencicipi tiwul, makanan khas Pacitan yang terbuat dari tepung gaplek singkong. Hal itu dilakukan saat ia bersantap di sebuah warung di Jaten, Desa Sidoharjo, Kecamatan Pacitan.

Selain tiwul, ia juga mencicipi kalakan, masakan ikan laut berkuah santan dengan bumbu pedas. “Rasanya mantap,” kata perempuan kelahiran 15 Juli 1980 itu. Jupe kemarin juga menemui Bupati Pacitan Sujono, meminta izin menjelajahi daerah kelahiran Presiden SBY itu.

“Saya Yulia Rachmawati, memohon izin melihat daerah Pacitan, supaya punya bekal untuk cerita ke teman-teman wartawan betapa indahnya Pacitan,” jelas Jupe saat disambut Bupati Sujono di kantor bupati, Jl Jagung Suprapto.

Saat berbincang, Sujono sempat beseloroh pada Jupe agar memakai bahasa Prancis. “Saya kan di Indonesia, jadi pakai bahasa Indonesia aja deh,” jawab Jupe.

Pada kesempatan itu Bupati Sujono tak mempersoalkan keinginan Jupe untuk maju dalam Pilkada Pacitan. “Ini kan negara demokrasi, siapa pun bisa mencalonkan diri. Jadi Mbak Julia berhak untuk itu. Tidak ada larangan dari siapa pun juga,” ujarnya. “Jadi kalau mundur sekarang karena ada yang kontra, sama saja sudah kalah dulu sebelum berperang,” nasihat Sujono pada Jupe.

Apakah itu artinya Sujono mendukung Jupe menggantikannya? “Kalau masalah itu, tanya rakyat Pacitan. Pokoknya siapa pun bisa jadi bupati,” jawabnya.

Ditanya kemungkinan dirinya berpasangan dengan Jupe di pilkada mendatang, Sujono menukas, “Kita lihat saja. Kan pemilihan bupati masih lama, Desember. Sekarang kita bareng-barenglah membangun Pacitan ini. Untuk sekarang saya menjalankan tugas saya dulu.”

Kedatangan Jupe ke Pacitan juga menuai reaksi. Puluhan spanduk berisi penolakan terpampang di sejumlah titik strategis Kota 1001 gua itu. Seperti di Perempatan Alijah, Jl Gatot Subroto ruas depan Pasar Minulyo, dan Jl Tentara Pelajar.

Spanduk-spanduk yang dibuat Aliansi Perempuan Pacitan tersebut bertuliskan: “Pacitan Gudang Pemimpin, Tidak Perlu Mangimpor Calon Pemimpin Dari Luar Daerah”, “No Way Untuk Calon Pemimpin Yang Tidak Beriman dan Tidak Berakhlak Mulia” dan “Salah Pilih Pemimpin Akan Mendatangkan Adzab Allah”.

Ketua Aliansi Perempuan Pacitan, Ririn Subiyanti membenarkan pihaknya sengaja memasang media bernada protes tersebut. Aksi ini, lanjut Ririn merupakan peringatan moral agar Jupe mempertimbangkan kembali niatnya mencalonkan diri dalam bursa pilkada di Pacitan. “Kami justru kasihan dengan Mbak Jupe karena terlalu dipaksakan oleh pihak yang mengusungnya. Karena masyarakat Pacitan menolaknya,” tegas

http://www.surya.co.id/2010/04/25/ke-kiai-aurat-jupe-disindir.html

No comments:

Post a Comment