Friday, April 16, 2010

Gara-gara Sapi Makin Gemuk, Bisnis Rumah JagalJadi Lesu

Semakin gemuknya sapi potong membuat bisnis PD Rumah Potong Hewan (RPH) Kota Malang semakin lesu. Manajemen pun banting setir dengan menjual makanan. Dibanding BUMD-BUMD di lingkungan Pemkot Malang, hanya RPH yang finansialnya mengenaskan, sehingga sebagian besar karyawan digaji di bawah standar (UMK). Menurut Direktur RPH Kota Malang, Djoko Sudadi SH MSi, bisnis RPH merosot karena desakan daging impor yang lebih murah sehingga jumlah sapi dijagal pun melorot.

”Masyarakat lebih suka beli daging impor yang lebih murah, yaitu Rp 40.000 per kilo, sedang daging lokal Rp 70.000 sampai Rp 75.000 per kilo,” kata Djoko kepada Surya di sela pembukaan Kafe RPH, Selasa (13/4).

Penyebab penting lainnya, saat ini bobot sapi semakin berat. Perbandingannya 1 ekor sekarang setara tiga ekor dulu. Padahal, dasar tarif jasa pemotongan di RPH Malang bukan berat ternak, melainkan jumlahnya yaitu Rp 40.000 per ekor. ”Kini kebutuhan daging sapi lokal di Kota Malang menurun, akibatnya jumlah sapi yang dipotong di RPH menurun 10 sampai 20 persen per hari. Kalau dulu 70 ekor, sekarang tinggal rata-rata 50 ekor per hari,” papar Djoko.

Kondisi itu membuat RPH tidak mampu membayar sejumlah karyawannya sesuai UMK. Menurut Djoko, jumlah karyawan RPH yang gajinya di bawah UMK lebih dari 50 persen. ”Begitu saya menempati posisi Direktur RPH, saya sempat thingak-thinguk (bingung-red). Sebab, saat di Disnaker mengopyak-opyak perusahaan agar menggaji karyawan sesuai UMK, di RPH ternyata banyak yang gajinya di bawah UMK,” papar Djoko.

Karena itu untuk mendongkrak kesejahteraan karyawan, Djoko membuat terobosan yaitu memaksimalkan aset RPH yang ada dengan invasi usaha seperti pendirian kafe, gedung pertemuan, dan rencananya juga membuka usaha pusat kerajinan dan produk unggulan serta futsal. ”Sementara ini baru usaha kafe dan pembangunan joglo untuk gedung pertemuan,” papar Djoko.

Kafe itu menempati salah satu ruang di RPH yang nganggur dan ditata sedemikian rupa untuk menggugah selara makan. Menu yang disediakan antara lain, sop buntut, rawon daging, nasi pecel hingga bakso. Agar tidak terkesan warung sembarangan, kafe RPH itu dilengkapi elekton dan hot spot.

Untuk usaha pusat kerajinan dan futsal, Djoko berencana merelokasi kandang dari depan ke belakang RPH. ”Untuk arena futsal, sudah ada pihak ketiga yang bersedia investasi,” pungkas Djoko http://www.surya.co.id/2010/04/14/rumah-jagal-jual-nasi.html

No comments:

Post a Comment