Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) DIY memperkirakan, tahun 2010 ini DIY akan mengalami musim kemarau paling kering sejak 30 tahun terakhir. “Beberapa wilayah DIY akan mengalami penurunan curah hujan di bawah rata-rata selama 30 tahun terakhir. Maka, musim kemarau tahun ini diperkirakan akan lebih kering dari tahun-tahun sebelumnya,” kata Kasi Data dan Informasi BMKG DIY, Tonny Agus Wijaya Tonny, Selasa (6/4).
Kemarau semacam itu akan terjadi mulai awal Mei sampai Oktober mendatang di wilayah selatan DIY, terutama di daerah Gunungkidul dan selatan Bantul. Curah hujan rata-rata saat kemarau selama 30 tahun terakhir di wilayah selatan DIY, yaitu di Gunungkidul, mencapai 1.610 mm per enam bulan. Namun pada kemarau tahun ini diperkirakan DIY hanya mencapai 1.369 mm.
Juga di Utara DIY Selain itu, akan terjadi pula di wilayah utara DIY, yaitu di wilayah Sleman Utara. Selama 30 tahun terakhir ini curah hujan rata-rata pada musim kemarau di wilayah utara DIY mencapai 1.483 mm per enam bulan. Tahun ini diprediksikan hanya mencapai 1.260 mm per enam bulan. “Ini berarti curah hujan kemarau pada tahun ini di wilayah tersebut hanya mencapai 85% dari curah hujan normal pada musim kemarau sebelumnya,” paparnya.
Hal semacam itu, menurut Tonny, merupakan efek global warming dan distribusi awan yang diprediksikan tidak akan merata di DIY selama musim kemarau.
Berdasarkan analisis tersebut, BMKG mengimbau kepada masyarakat dan lembaga terkait untuk memahami dan mengantisipasi kondisi tersebut, khususnya di wilayah utara dan selatan DIY. Pasalnya, hal itu tentu akan berpengaruh terhadap produktivitas pertanian, terutama pada lahan tadah hujan serta ketersediaan sumber air bersih. Tonny melanjutkan, sejak awal April 2010 wilayah DIY dan sekitarnya sedang memasuki musim pancaroba, yaitu musim pergantian atau perpindahan dari musim hujan ke musim kemarau.
Saat ini, kata dia, di wilayah DIY masih akan diguyur hujan dengan kapasitas kurang dari 50 mm selama 10 hari. “Ciri-ciri musim pancaroba adalah panas pada pagi hingga siang hari, kemudian akan terjadi gumpalan awan menjelang sore hari, terkadang diikuti hujan dan terkadang tidak. Karena itu, suhu udara juga tinggi,” tegasnya.
Berdasarkan pemantauan BMKG, suhu panas udara di Yogyakarta pada musim pancaroba ini mencapai 34 derajat Celcius. “Tapi suhu udara saat ini masih lebih rendah dibandingkan dengan puncak musim kemarau di DIY, pada September dan Oktober lalu, yang mencapai 37 derajat Celcius,” jelasnya
http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2010/04/07/104642/DIY-Diperkirakan-Alami-Kemarau-Terburuk-
Kemarau semacam itu akan terjadi mulai awal Mei sampai Oktober mendatang di wilayah selatan DIY, terutama di daerah Gunungkidul dan selatan Bantul. Curah hujan rata-rata saat kemarau selama 30 tahun terakhir di wilayah selatan DIY, yaitu di Gunungkidul, mencapai 1.610 mm per enam bulan. Namun pada kemarau tahun ini diperkirakan DIY hanya mencapai 1.369 mm.
Juga di Utara DIY Selain itu, akan terjadi pula di wilayah utara DIY, yaitu di wilayah Sleman Utara. Selama 30 tahun terakhir ini curah hujan rata-rata pada musim kemarau di wilayah utara DIY mencapai 1.483 mm per enam bulan. Tahun ini diprediksikan hanya mencapai 1.260 mm per enam bulan. “Ini berarti curah hujan kemarau pada tahun ini di wilayah tersebut hanya mencapai 85% dari curah hujan normal pada musim kemarau sebelumnya,” paparnya.
Hal semacam itu, menurut Tonny, merupakan efek global warming dan distribusi awan yang diprediksikan tidak akan merata di DIY selama musim kemarau.
Berdasarkan analisis tersebut, BMKG mengimbau kepada masyarakat dan lembaga terkait untuk memahami dan mengantisipasi kondisi tersebut, khususnya di wilayah utara dan selatan DIY. Pasalnya, hal itu tentu akan berpengaruh terhadap produktivitas pertanian, terutama pada lahan tadah hujan serta ketersediaan sumber air bersih. Tonny melanjutkan, sejak awal April 2010 wilayah DIY dan sekitarnya sedang memasuki musim pancaroba, yaitu musim pergantian atau perpindahan dari musim hujan ke musim kemarau.
Saat ini, kata dia, di wilayah DIY masih akan diguyur hujan dengan kapasitas kurang dari 50 mm selama 10 hari. “Ciri-ciri musim pancaroba adalah panas pada pagi hingga siang hari, kemudian akan terjadi gumpalan awan menjelang sore hari, terkadang diikuti hujan dan terkadang tidak. Karena itu, suhu udara juga tinggi,” tegasnya.
Berdasarkan pemantauan BMKG, suhu panas udara di Yogyakarta pada musim pancaroba ini mencapai 34 derajat Celcius. “Tapi suhu udara saat ini masih lebih rendah dibandingkan dengan puncak musim kemarau di DIY, pada September dan Oktober lalu, yang mencapai 37 derajat Celcius,” jelasnya
http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2010/04/07/104642/DIY-Diperkirakan-Alami-Kemarau-Terburuk-
No comments:
Post a Comment