Pembunuhan seorang anak oleh ayah kandung menyentak perhatian warga Batang. Sang ayah tega menghabisi nyawa sang anak yang anggota Samapta Polresta Pekalongan itu karena dianggap sering bikin malu keluarga.
SANG ayah, Sukisno, terisak-isak saat menyaksikan jenazah anak kandungnya, Briptu Sandra Aris Setiawan dimasukkan ke liang lahat. Saudaranya yang melihat langsung mendekat dan menggandengnya. ’’Saya terpaksa melakukan ini. Namun, sebenarnya tidak ada niat untuk membunuhnya. Astaghfirullah hal adzim,’’ katanya berulang-ulang di sela-sela pemakaman.
Sandra Aris adalah putra pertama dari pernikahannya dengan Jumiati (50). Aris memiliki seorang adik.
Sebagai orang tua, selama lima tahun ini Sukisno merasa malu akan tingkah laku anak sulungnya itu. Karena semasa hidupnya dianggap sering membuat keonaran di kampung. ’’Saya malu, setelah menjadi aparat penegak hukum bukan memberi contoh yang baik, tapi malah sering mabuk. Bahkan saya juga kesal, karena Aris sering ngamuk pada saya. Hal yang sama juga dilakukan pada masyarakat,’’ ungkap dia yang mengenakan baju batik itu.
Bahkan, istri korban Lisa Meilani Astuti (24), yang sedang hamil delapan bulan, setiap hari selalu menjadi sasaran amarah. Akibatnya, dia sejak sebulan lalu memilih kabur kembali ke orang tuanya di Bandar Lampung.
Sukisno secara blak-blakan menceritakan perilaku buruk anaknya. Tidak hanya sekadar mengamuk, namun juga selalu memaksa jika minta uang. ’’Jika keinginannya tidak dipenuhi, dia pasti akan ngamuk. Tidak hanya itu, tapi juga merusak rumah,” tutur tersangka yang sehari-hari bekerja sebagai pedagang emping di Pasar Limpung itu.
Dikatakan, perbuatan korban yang kasar itu sebetulnya muncul sejak duduk di bangku SMA. Dorongan orang tua kepada korban agar menjadi orang yang berguna dan membanggakan orang tua kala itu terus diberikan.
Hal itu dibuktikan dengan dimasukannya Aris menjadi anggota polisi tahun 2003. Namun, setelah menjadi anggota Bhayangkara dan bertugas sebagai di Sat Samapta Polresta Pekalongan justru tidak ada perkembangan. Bahkan, perangainya suka mabuk-mabukan malah menjadi-jadi. ’’Sebenarnya, sejak menjadi polisi kami bangga. Apalagi, saat mengenakan baret anak itu kelihatan gagah. Ternyata justru berbalik, perilakunya memalukan,” tuturnya dengan terisak-isak.
Namun demikian, dia mengaku menyesali atas perbuatan yang telah dilakukannya. Anak kandungnya itu tewas di tangannya. Ia mengaku, pemukulan dilakukan menggunakan linggis saat korban tidur sepulang dari piket. Pukulan dilakukan hingga tiga kali tepat pada rahang korban. Anggota Polresta Pekalongan itu akhirnya tak sadarkan diri dengan darah berlumuran di mukanya.
Dia langsung melihat urat nadi anaknya. Ternyata anaknya telah meninggal.
Korban langsung dibawa ke kamar mandi dan dilucuti pakainnya serta dibersihkan darahnya yang menempel di tubuhnya. Lalu disampaikan kepada masyarakat dan dilaporkan ke Polsek Limpung. Korban dibawa RSUD Batang dan kemarin di makamkan.
Tersangka Sukisno (51), ayah Briptu Sandra Aris Setiawan (26), sejak Senin (5/4) malam atau beberapa saat setelah pembunuhan, ditahan di Mapolres Batang. Meski demikian, dia diberi izin untuk menghadiri pemakaman putra sulungnya itu.
Jenazah Briptu Sandra, anggota Sat Samapta Polresta Pekalongan, Selasa (6/4), dimakamkan di Desa Sempu, Kecamatan Limpung, Batang sekitar pukul 10.00. Hadir Kapolresta Pekalongan AKBP Aris Budiman beserta jajaran, Kapolsek Limpung AKP Puji Irianto mewakili Kapolres Batang, Camat Andi Santoso, sanak saudara serta warga setempat. Pemakaman tidak dilakukan secara kedinasan. Peti jenazah digotong anggota polisi.
Seperti diberitakan, Briptu Sandra Aris pada Senin (5/4) malam tewas diduga dibunuh ayah kandungnya. Di kepalanya terdapat luka parah. H Yuwono mewakili keluarga, memohonkan maaf kepada masyarakat atas perilaku Briptu Sandra apabila ada kesalahan. ’’Mari kita semua berdoa semoga arwahnya diterima di sisi-Nya dan segala dosa-dosa diampuni.’’
Setelah itu dinaikkan ke pikap menuju masjid untuk dishalatkan. Sukisno menunggu di dalam mobil dengan pengawalan ketat Tim Buser yang dipimpin KBO Satreskrim Iptu Hartono.
Setelah iring-iringan jenazah memasuki makam, Sukisno dikeluarkan dari mobil. Dikawal anggota Buser, dia menghampiri liang lahat tempat anaknya yang dipukul dengan linggis hingga tewas itu. Dia tak kuasa menahan air mata. Beberapa saudara menghampiri dan memberi salam, sambil memintanya untuk bersabar. ’’Sabar ya, jangan lupa dzikir memohon ampunan kepada Allah.’’ Mobil yang membawanya langsung meluncur ke Mapolres. Ia menuju ke ruang penyidik untuk diperiksa.
Bagaimana pembunuhan terhadap anak kandung itu? Suahmad, kakak kandung Sukisno, menyatakan sekitar pukul 20.00 dia datangi adiknya itu yang mengabarkan kalau Aris meninggal dunia karena overdosis. Namun, ketika menuju ke kamar korban, ia curiga karena keponakannya dalam keadaan terlungkup dan berlumuran darah.
Ketika ditemukan, Aris tidak berada di kamar rumahnya, tetapi di sebelah rumah milik neneknya yang kosong. ’’Saya was-was overdosis kok mengeluarkan darah banyak sekali. Selanjutnya, saya mencari Dik Kisno kok tidak ada, ternyata dia menemui perangkat desa untuk mengabarkan kematian anaknya agar disiarkan.’’
Ali Nurdin, perangkat desa yang mendapat laporan itu, langsung mengecek. Mengetahui kondisi korban, dia tidak segera mengumumkan lewat pengeras suara, namun mengontak Polsek Limpung. ’’Saya juga curiga karena kondisi jenazah yang berlumuran darah. Saya menghubungi polisi,’’ kata Ali.
Kapolsek AKP Puji Irianto segera meluncur ke lokasi. Dia memerintahkan anggota untuk memasang garis polisi. Kapolres Batang AKBP HA Luthfi bersama Kapolwil Pekalongan Kombes Fatkhur Rachman menuju ke lokasi. Sukisno ketika diinterogasi polisi mengakui dialah yang membunuh anak kandungnya. Jenazah dibawa ke RSUD Batang untuk diautopsi.
Kapolres AKBP HA Luthfi menyatakan, anggota Satreskrim masih mendalami pengakuan tersangka. ’’Dia sudah mengakui perbuatannya.’’Iptu Hartono menuturkan, polisi menyita linggis yang digunakan untuk menghantam kepala korban. Juga kaus berlumuran darah yang ditemukan di kamar mandi.
http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2010/04/07/104769/Jadi-Sasaran-Amuk-Istri-Hamil-Pilih-Kabur
http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2010/04/07/104768/Awalnya-Disebut-karena-Overdosis
SANG ayah, Sukisno, terisak-isak saat menyaksikan jenazah anak kandungnya, Briptu Sandra Aris Setiawan dimasukkan ke liang lahat. Saudaranya yang melihat langsung mendekat dan menggandengnya. ’’Saya terpaksa melakukan ini. Namun, sebenarnya tidak ada niat untuk membunuhnya. Astaghfirullah hal adzim,’’ katanya berulang-ulang di sela-sela pemakaman.
Sandra Aris adalah putra pertama dari pernikahannya dengan Jumiati (50). Aris memiliki seorang adik.
Sebagai orang tua, selama lima tahun ini Sukisno merasa malu akan tingkah laku anak sulungnya itu. Karena semasa hidupnya dianggap sering membuat keonaran di kampung. ’’Saya malu, setelah menjadi aparat penegak hukum bukan memberi contoh yang baik, tapi malah sering mabuk. Bahkan saya juga kesal, karena Aris sering ngamuk pada saya. Hal yang sama juga dilakukan pada masyarakat,’’ ungkap dia yang mengenakan baju batik itu.
Bahkan, istri korban Lisa Meilani Astuti (24), yang sedang hamil delapan bulan, setiap hari selalu menjadi sasaran amarah. Akibatnya, dia sejak sebulan lalu memilih kabur kembali ke orang tuanya di Bandar Lampung.
Sukisno secara blak-blakan menceritakan perilaku buruk anaknya. Tidak hanya sekadar mengamuk, namun juga selalu memaksa jika minta uang. ’’Jika keinginannya tidak dipenuhi, dia pasti akan ngamuk. Tidak hanya itu, tapi juga merusak rumah,” tutur tersangka yang sehari-hari bekerja sebagai pedagang emping di Pasar Limpung itu.
Dikatakan, perbuatan korban yang kasar itu sebetulnya muncul sejak duduk di bangku SMA. Dorongan orang tua kepada korban agar menjadi orang yang berguna dan membanggakan orang tua kala itu terus diberikan.
Hal itu dibuktikan dengan dimasukannya Aris menjadi anggota polisi tahun 2003. Namun, setelah menjadi anggota Bhayangkara dan bertugas sebagai di Sat Samapta Polresta Pekalongan justru tidak ada perkembangan. Bahkan, perangainya suka mabuk-mabukan malah menjadi-jadi. ’’Sebenarnya, sejak menjadi polisi kami bangga. Apalagi, saat mengenakan baret anak itu kelihatan gagah. Ternyata justru berbalik, perilakunya memalukan,” tuturnya dengan terisak-isak.
Namun demikian, dia mengaku menyesali atas perbuatan yang telah dilakukannya. Anak kandungnya itu tewas di tangannya. Ia mengaku, pemukulan dilakukan menggunakan linggis saat korban tidur sepulang dari piket. Pukulan dilakukan hingga tiga kali tepat pada rahang korban. Anggota Polresta Pekalongan itu akhirnya tak sadarkan diri dengan darah berlumuran di mukanya.
Dia langsung melihat urat nadi anaknya. Ternyata anaknya telah meninggal.
Korban langsung dibawa ke kamar mandi dan dilucuti pakainnya serta dibersihkan darahnya yang menempel di tubuhnya. Lalu disampaikan kepada masyarakat dan dilaporkan ke Polsek Limpung. Korban dibawa RSUD Batang dan kemarin di makamkan.
Tersangka Sukisno (51), ayah Briptu Sandra Aris Setiawan (26), sejak Senin (5/4) malam atau beberapa saat setelah pembunuhan, ditahan di Mapolres Batang. Meski demikian, dia diberi izin untuk menghadiri pemakaman putra sulungnya itu.
Jenazah Briptu Sandra, anggota Sat Samapta Polresta Pekalongan, Selasa (6/4), dimakamkan di Desa Sempu, Kecamatan Limpung, Batang sekitar pukul 10.00. Hadir Kapolresta Pekalongan AKBP Aris Budiman beserta jajaran, Kapolsek Limpung AKP Puji Irianto mewakili Kapolres Batang, Camat Andi Santoso, sanak saudara serta warga setempat. Pemakaman tidak dilakukan secara kedinasan. Peti jenazah digotong anggota polisi.
Seperti diberitakan, Briptu Sandra Aris pada Senin (5/4) malam tewas diduga dibunuh ayah kandungnya. Di kepalanya terdapat luka parah. H Yuwono mewakili keluarga, memohonkan maaf kepada masyarakat atas perilaku Briptu Sandra apabila ada kesalahan. ’’Mari kita semua berdoa semoga arwahnya diterima di sisi-Nya dan segala dosa-dosa diampuni.’’
Setelah itu dinaikkan ke pikap menuju masjid untuk dishalatkan. Sukisno menunggu di dalam mobil dengan pengawalan ketat Tim Buser yang dipimpin KBO Satreskrim Iptu Hartono.
Setelah iring-iringan jenazah memasuki makam, Sukisno dikeluarkan dari mobil. Dikawal anggota Buser, dia menghampiri liang lahat tempat anaknya yang dipukul dengan linggis hingga tewas itu. Dia tak kuasa menahan air mata. Beberapa saudara menghampiri dan memberi salam, sambil memintanya untuk bersabar. ’’Sabar ya, jangan lupa dzikir memohon ampunan kepada Allah.’’ Mobil yang membawanya langsung meluncur ke Mapolres. Ia menuju ke ruang penyidik untuk diperiksa.
Bagaimana pembunuhan terhadap anak kandung itu? Suahmad, kakak kandung Sukisno, menyatakan sekitar pukul 20.00 dia datangi adiknya itu yang mengabarkan kalau Aris meninggal dunia karena overdosis. Namun, ketika menuju ke kamar korban, ia curiga karena keponakannya dalam keadaan terlungkup dan berlumuran darah.
Ketika ditemukan, Aris tidak berada di kamar rumahnya, tetapi di sebelah rumah milik neneknya yang kosong. ’’Saya was-was overdosis kok mengeluarkan darah banyak sekali. Selanjutnya, saya mencari Dik Kisno kok tidak ada, ternyata dia menemui perangkat desa untuk mengabarkan kematian anaknya agar disiarkan.’’
Ali Nurdin, perangkat desa yang mendapat laporan itu, langsung mengecek. Mengetahui kondisi korban, dia tidak segera mengumumkan lewat pengeras suara, namun mengontak Polsek Limpung. ’’Saya juga curiga karena kondisi jenazah yang berlumuran darah. Saya menghubungi polisi,’’ kata Ali.
Kapolsek AKP Puji Irianto segera meluncur ke lokasi. Dia memerintahkan anggota untuk memasang garis polisi. Kapolres Batang AKBP HA Luthfi bersama Kapolwil Pekalongan Kombes Fatkhur Rachman menuju ke lokasi. Sukisno ketika diinterogasi polisi mengakui dialah yang membunuh anak kandungnya. Jenazah dibawa ke RSUD Batang untuk diautopsi.
Kapolres AKBP HA Luthfi menyatakan, anggota Satreskrim masih mendalami pengakuan tersangka. ’’Dia sudah mengakui perbuatannya.’’Iptu Hartono menuturkan, polisi menyita linggis yang digunakan untuk menghantam kepala korban. Juga kaus berlumuran darah yang ditemukan di kamar mandi.
http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2010/04/07/104769/Jadi-Sasaran-Amuk-Istri-Hamil-Pilih-Kabur
http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2010/04/07/104768/Awalnya-Disebut-karena-Overdosis
No comments:
Post a Comment